Anak Muda Penentu Masa Depan, Zakkir Sabara: Jangan Pilih Pemimpin Pembohong

Uncategorized122 views

KSI MAKASSAR- Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI), Zakir Sabara, mengajak kalangan milenial memilih pemimpin pada Pemilihan Wali Kota Makassar 2020 ini secara hati-hati.

Ada sejumlah kriteria calon pemimpin yang menurutnya tak patut lagi untuk diberikan kesempatan menahkodahi kota Makassar.

“Kota Makassar ini butuh pemimpin, bukan pemimpi. Jadi jangan pilih pemimpi, apalagi yang suka berbohong, dan penjudi,” terang Zakir saat menjadi narasumber dalam Studium Generale ‘Peran Pemuda dalam Pilkada Makassar’ di Cafe Ombak, Jl Ujung Pandang, Sabtu (21/11/2020).

Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Brawijaya ini menerangkan, ajakannya itu didasari dengan kecintaannya atas kota Makassar.

Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir Pemerintahan kota Makassar tak menghadirkan banyak perubahan berarti.

Semuanya hanya sebatas program di atas kertas tetapi tak berwujud, sehingga menurut Zakir pemimpin yang terdahulu hanyalah pemimpi.

Bahkan secara terang-terangan ia mengungkapkan ada rasa trauma yang dialami.

“Saya trauma dengan pemimpin yang suka bohong, gampang untuk melihat kebohongan itu. Bisa kita googling ada yang namanya 8 jalan masa depan, adakah yang menjadi kenyataan?,” katanya.

Sementara itu terkait dengan posisi anak muda, pada Pemerintahan sebelumnya juga dianggap tak mendapat posisi yang semestinya.

“Saya bagian dari orang yang menghadirkan pemimpin yang lalu, tetapi kemudian anak-anak muda hanya dijadikan obyek bukan subyek. Padahal anak-anak muda kita ini kreatif, hadir startup-startup hebat, saingan kita cuman Bandung tapi ini semua tidak diakomodir,” sambungnya.

Dalam pernyataan penutup, Zakir yang dikenal pula sebagai pegiat aksi kemanusiaan ini berharap anak muda Makassar melek dengan politik.

“Karena anak muda itu bukan pemilik masa depan tapi pemilik hari ini, penentu hari ini,” tutupnya.

Zakir Sabara menjadi narasumber Studium Generale ini bersama Rocky Gerung dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unibos, Arief Wicaksono.(zhul)

Komentar