Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Ada bagian sambutan Bupati Samaun Dahlan pada kegiatan Penutupan Konferensi III Dewan Adat MbahamMatta yang membuat hadirin saling berpandangan. Nada bicaranya meninggi ketika ia menyebut rencana besar sektor migas.
“Kita tidak boleh hanya jadi penonton,” ujarnya. “Selama ini uang miliaran berputar di Sorong, padahal sumur migasnya berada dekat Fakfak.”
Samaun kemudian mengumumkan bahwa seorang investor besar telah datang melakukan survei untuk pembangunan shorebase senilai Rp800 miliar hingga Rp1 triliun. Jika terwujud, shorebase itu akan menjadi pusat logistik proyek migas di wilayah Fakfak–Bintuni.
Daerah ini memang sedang dikelilingi peluang besar. Sedikitnya ada tiga sumur migas baru yang akan dikembangkan. Dua di antaranya memiliki cadangan yang disebut terbesar di Asia Tenggara.
“Kalau shorebase ada di sini, tenaga kerja, barang, dan uang akan masuk lewat Fakfak. Tidak lagi lewat Sorong,” katanya.
Ini bukan sekadar ide logistik. Ini perebutan posisi strategis yang menentukan aliran ekonomi puluhan tahun ke depan.
Syaratnya satu: bandara Fakfak harus diperpanjang. Samaun menyebut Garuda sudah bersedia membuka rute Jakarta–Fakfak jika panjang landasan memenuhi standar. Bila itu terjadi, arus pekerja migas akan turun di Fakfak, bukan di kota lain.
Namun sambutan itu juga disertai peringatan keras.
“Investor hanya datang ke daerah yang stabil. Fakfak harus tetap damai.”
Ia meminta seluruh masyarakat menahan diri dari aksi palang-memalang yang kerap terjadi ketika ada keluhan atau sengketa adat.
“Kalau ada masalah, kita bicarakan. Jangan bikin investor takut,” tuturnya.
Rencana pembangunan shorebase itu membuat forum sore itu berubah dari acara adat menjadi panggung pengumuman ekonomi strategis.
Fakfak tampak sedang menyiapkan diri untuk masuk babak baru persaingan antarwilayah di Papua Barat.









Komentar