Maluku Tenggara, Kabarsulsel-Indonesia.com | Bupati Maluku Tenggara (Malra), M. Thaher Hanubun, secara tegas menyatakan ketidaktertarikannya untuk mengoperasikan kembali Pabrik Rumput Laut di Ohoi Letvuan, Kecamatan Hoat Sorbay.
Menurutnya, ada empat alasan utama yang membuat pabrik tersebut tidak layak untuk dihidupkan kembali: teknologi yang sudah usang, persoalan lahan yang belum tuntas, biaya operasional yang terlalu tinggi, serta kebutuhan investasi yang sangat besar.
Pernyataan ini disampaikan Hanubun usai menghadiri Rapat Paripurna Penyampaian Pidato Perdana di Kantor DPRD Maluku Tenggara, Jumat (7/3/2025).
Investasi Triliunan, Teknologi Ketinggalan
Hanubun mengungkapkan bahwa sejak periode pertamanya menjabat sebagai bupati, ia sudah meninjau pabrik tersebut dan menyimpulkan bahwa operasionalisasi kembali bukanlah opsi yang bijak.
“Selama saya bertugas, saya sudah melihat kondisi pabrik itu. Kalau mau dihidupkan kembali, anggarannya terlalu besar, teknologinya sudah ketinggalan, dan persoalan tanah juga belum selesai,” ujar Hanubun kepada wartawan.
Ia menegaskan bahwa selain permasalahan lahan, biaya operasional yang tinggi menjadi salah satu faktor utama yang membuatnya tidak tertarik untuk mengoperasikan pabrik tersebut.
“Kalau kita selesaikan lahannya, tetapi teknologinya tetap usang dan biaya operasionalnya mahal, buat apa? Itu yang membuat saya tidak terlalu tertarik,” sambungnya.
Hanya Pertimbangkan Jika Biaya di Bawah Rp1 Miliar
Hanubun juga menyinggung bahwa jika biaya investasi hanya berkisar Rp100 juta hingga Rp200 juta, pihaknya mungkin akan mempertimbangkan kembali proyek ini. Namun, berdasarkan kajian yang telah dilakukan, biaya investasi yang dibutuhkan mencapai miliaran rupiah.
“Kalau didesak, lalu kita investasi, apakah ini hanya Rp1-2 miliar? Tidak! Itu belasan miliar. Saya sudah minta dipelajari. Kalau hanya Rp100 atau Rp200 juta, bisa kita coba. Tapi nyatanya, ini bukan ratusan juta, melainkan miliaran rupiah,” tegasnya.
Cari Alternatif Investasi
Sebagai solusi lain, Hanubun mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan investor yang tertarik mengembangkan industri rumput laut di Maluku Tenggara. Investor tersebut dijadwalkan akan berkunjung ke daerah itu pada akhir Maret 2025 untuk membahas peluang pengembangan sektor ini.
Dengan kondisi ini, Pemkab Maluku Tenggara tampaknya lebih memilih membuka peluang baru ketimbang menghidupkan kembali pabrik yang dianggap tidak lagi relevan.
Komentar