Maluku Tenggara, Kabarsulsel-Indonesia.com | Setelah bertahun-tahun mengalami kefakuman, tradisi adat bel antara Ohoi Ohoinangan dan Ohoi Wetuar kembali dihidupkan dalam sebuah ritual sakral yang digelar pada sore hari di Ohoi Wetuar, Kecamatan Kei Besar Tengah.
Ritual ini, yang juga dikenal dengan istilah Sneb, memiliki makna mendalam untuk menyucikan kampung dari pengaruh buruk, serta memulihkan dan mempererat kembali hubungan kekerabatan antara kedua ohoi tersebut.
Dalam sambutannya, Raja Ohoi Ohoinangan, Mahmud Rusbal, menekankan pentingnya menjaga tali silaturahmi dan mematuhi adat leluhur agar hubungan Pela Gandong antara Ohoi Ohoinangan dan Ohoi Wetuar tetap harmonis.
“Melalui acara ini, kami berharap hubungan kekerabatan antara kedua ohoi ini dapat terjalin lebih erat, dan semua tindakan yang melanggar adat dapat dihindari untuk masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Ritual Tov Viak Hawear yang menjadi inti acara ini juga memiliki makna simbolis, yaitu “Hawear Nat Viak Beran Na Sohok,” yang menandakan terbukanya kembali hubungan persaudaraan melalui Pela, sekaligus menolak segala bentuk bencana dan malapetaka yang bisa mengganggu keharmonisan kedua kampung.
Dalam acara yang dihadiri oleh masyarakat dari Ohoinangan, Fangamas, dan Rahareng, Ohoi Wetuar sebagai tuan rumah mempersiapkan berbagai perangkat adat seperti Lela Mas sebagai persembahan kepada Raja Ohoinangan.
Hal ini dilakukan sebagai simbol pembersihan kesalahan adat yang pernah terjadi di masa lalu, agar hubungan Pela Gandong antara kedua ohoi dapat berjalan dengan aman dan lancar.
Dengan terlaksananya ritual ini, diharapkan hubungan antara Ohoinangan dan Wetuar akan semakin kuat dan harmonis, serta menjauhkan kedua kampung dari berbagai bentuk perbuatan yang dapat mencederai adat dan tradisi leluhur.
Komentar