Milenial Bisa Apa? Melalui Garda Pokdarwis “Kampoeng Wisata Sawah” Menjadi Garda Terdepan Membangun Desa Manunggal Jaya

KabarSulSelIndonesia.com – Kutai Kartanegara

Pandangan miring tentang kaum millenial di desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kab. Kutai Kartanegara bahwa “millenial bisa apa?” Terbantahkan sudah dengan pergerakan yang terkesan berlebihan ambisi dan angan-angannya. Saat ini sekelompok pemuda desa Manunggal Jaya yang terdiri dari Karang Taruna, Bumdes, unsur kepemudaan, dengan dorongan dan bimbingan dari beberapa tokoh masyarakat desa dan pemerhati kepemudaan membentuk POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) Kampoeng ” Wisata Sawah Zwageri Borneo”. Mereka telah melengkapi dokumen legalitas usaha berupa akta notaris, NIB, NPWP, Surat Keterangan Domisili, Surat Pernyataan Komitmen Dukungan Masyarakat dan SK dari Dinas Pariwisata Kab. Kutai Kartanegara.

Desa Manunggal Jaya merupakan ibukota Kecamatan Tenggarong Seberang dari 18 desa yang ada di kecamatan ini yang juga merupakan lumbung padi di Kabupaten Kutai Kartanegara terbukti dengan dibangunnya RPU (Rice Processing Unit) skala besar pada saat itu oleh pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Hamparan sawah yang luasnya ratusan hektar itu membuat ambisi bapak Bupati masa itu melalui PERUSDA Tunggang Parangan berambisi besar untuk memproduksi beras lokal kualitas super dengan sumber bahan baku padi lokal hasil dari petaninya. Namun seiring berjalannya roda pemerintahan dan peralihan kekuasaan sang Bupati, maka PERUSDA Tunggang Parangan tidak mampu beroperasi dan mengelola aset daerah ini dengan baik dan mesin serta bangunan RPU hingga saat ini terkesan mangkrak.

Belum lagi masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah Kutai Kartanegara dengan luasan lahan persawahan tergerus oleh alih fungsi Ihan pertanian untuk industri pertambangan batubara baik itu yang legal dan illegal / koridor dengan berbagai kepentingan.

Upaya Millenial melalui POKDARWIS Kampoeng Wisata Sawah salah satunya. adalah berusaha mempertahankan luasan hamparan sawah dan lahan pertanian yang masih ada agar tetap terjaga peruntukannya untuk dunia pertanian dengan membranding menjadi Kampoeng Sawah, menjadikan lahan. ini ke depan menjadi destinasi wisata desa di sekitar IBUKOTA Negara (IKN) Indonesia. Kolaborasi dan sinergitas program POKDARWIS telah disampaikan dan disosialisasikan bersama warga, kelompok tani, gapoktan, pemerintah desa dan pemerhati pariwisata di daerah. Warga masyarakat sangat antusias dengan rencana para pemuda desa ini kiranya bisa menjadi desa yang dikunjungi oleh banyak wisatawan dan pemerhati dunia pertanian di masa yang akan datang dengan membawa berbagai macam program pembangunan desa.

Saat ini telah terjalin dengan pihak akademisi yaitu Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) Jurusan Pariwisata untuk mengembangkan program bersama melalui MoU (Memorandum of Understanding) antara POKDARWIS Kampoeng Wisata Sawah Zwageri Borneo dengan Direktur Polnes pada tanggal 04 Juni 2021, dukungan dari pihak perusahaan dan tokoh masyarakat dengan memberikan bantuan pendanaan dan program.

Program dukungan dan kolaborasi juga sudah terjalin secara implisit dengan pihak Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM) melalui rencana Program Penangkaran Anggrek Snesi Kalimantan yang diharapkan bisa menj 2/2 s edukasi anggrek dalam rangka menduku program POKDARWIS di desa Manunggal Jaya.

Program Penangkaran Anggrek Spesies diharapkan dapat menyelamatkan tanaman endemik Kalimantan Timur berupa anggrek asperata, Paraphalaenopsis labucensis, Grammatophyllum speciosum merupakan seperti Coelogyne pandurata, Coelogyne anggrek asli Kalimantan saat ini terancam punah di habitatnya akibat galaknya alih fungsi lahan hutan menjadi industri HTI, Tambang Batubara, kebun sawit dan peruntukan lainnya semakin menyempit luasan lahan hutan Kalimantan.

Kegiatan land clearing hutan jelas akan mengganggu keberadaan flora dan fauna yang ada di hutan tersebut dan belum ada upaya untuk menyelamatkan apalagi melestarikan. Melalui Kelompok Usaha Penangkaran Anggrek Spsies (KUPAS) Kaltim “Zwageri Orchid Garden” ini kelompok pemuda desa di Manunggal Jaya berupaya untuk menangkarkan anggrek – anggrek tersebut melalui budidaya secara alami, rehabilitasi anggrek spesies dan ke depan akan dilakukan dengan sistem kultur jaringan (KULIAR) atas bimbingan dari Faperta UGM dan PAI (Perhimpunan Anggrek Indonesia) DPD Kalimantan Timur. Selain sebagai sarana edukasi anggrek, program penangkaran ini akan bisa memberdayakan masyarakat sekitar melalui sistem kultur jaringan, karena pemeliharaan anggrek itu akan menghasilkan rupiah atas setiap fase / tahapan pemeliharaannya, apalagi sistem kuljar akan menghasilkan ribuan / bahkan jutaan bibit tanaman anggrek dengan skala besar.

Program-program rintisan mulai dibangun secara terus menerus dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan kolaborasi program dengan stakeholder di daerah. Pokdarwis juga saat ini telah memiliki demplot petik buah seluas 1 ha di lahan kerjasama dengan perusahaan sekitar. Di akhir tahun ini akan dilakukan program bersama dengan Kelompok Tani (KT) Usaha Mandiri atas program binaan dari KPHP Santan dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur melalui Hutan Rakyat (HR) di atas lahan seluas kurang lebih 20 Ha milik warga kelompok tani di desa Manunggal Jaya.

Adapun jenis tanamannya adalah buah alpukat, petai, jengkol, kelengkeng, nangka, kayu putih dan tanaman kehutanan endemik Kalimantan seperti kayu ulin, meranti dan lainnya. “Semoga ke depan pemuda dan millenial di desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang bisa berbuat lebih banyak lagi dengan berkolaborasi bersama berbagai pihak yang berkepentingan dalam membangun desa ini tutur HM. Ari Sabillah Rahman, S.IP selaku Ketua POKDARWIS Kampoeng Wisata Sawah Zwageri Borneo mengakhiri komentarnya.

(Hari)

 

Komentar