Kalbar KSI. Masyarakat/Warga berharap kepada PT,SRM beraktifitas kembali karena Dua pekan tidak beroperasinya pasca aksi anarkis massa yang berujung penjarahan, perusakan dan pemukulan di PT Sultan Rafli Mandiri (SRM) saat ini kondisi perusahaan yang berlokasi di Pemuatan Batu, Desa Nanga Kelampai, Kecamatan Kendawangan itu masih lengang tanpa aktivitas.
Dengan tidak beroperasinya PT SRM tidak membuat perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan itu merugi namun juga berdampak bagi masyarakat sekitar yang selama ini menggantungkan perekonomian mereka di perusahaan tersebut.
Kepala Dusun ( Kadus ) Muatan Batu, Samsul Arifin (40) mengatakan kalau masyarakat di dusunnya sangat berharap agar PT SRM cepat beroperasi. Sebab menurutnya perekonomian masyarakatnya yang berjumlah 135 Kepala Keluarahan itu, 40 persennya bekerja di perusahaan.
“Dengan adanya perusahaan berjalan dan beraktivitas, tentu warga-warga yang memiliki warung sembako dan pedagang bisa terbantu juga perekonomian mereka, namun saat ini dengan adanya perusahaan tutup, dan tidak beroperasi perekonomian masyarakat kita terganggu,” ungkapnya,
Samsul sapaan akrabnya juga mengatakan kalau terkait adanya Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di PT SRM, menurutnya justru tidak berpengaruh terhadap jumlah warga lokal yang diakomodir PT SRM untuk bekerja
“Kalau TKA inikan khusus untuk tenaga ahlinya saja, seperti bagian mesin, masuk ke dalam lobang terowongan. Bahkan perusahaan juga mencari orang kita lokal jika ada yang berani masuk ke lobang, cuman tidak ada yang berani,” bebernya.
Dia menilai, sejak PT SRM beroperasi banyak bantuan Coorporate Social Responsibility ( CSR ) yang telah disalurkan. Seperti diantaranya pembangunan jembatan penghubung antar dusun, masuknya jaringan listrik PLN ke rumah warga, pembangunan rumah ibadah, serta tunjangan hari besar (THR) bagi warga.
“Untuk desa di Nanga Kelampai ini perusahaan telah banyak berbuat hal yang positif untuk kami masyarakat di sekitar perusahaan,” katanya.
Sementara hal Senada diutarakan tokoh masyarakat Dusun Muatan Batu, Antonius (50). Dia menuturkan, rata-rata masyarakat yang bekerja sebagian karyawan di PT SRM saat ini tidak beroperasinya perusahaan merasa kehilangan pekerjaan.
“Masyarakat ini berharap PT SRM ini kembali cepat beroperasi karena perusahaan telah banyak memberikan dampak positif. Terus terang sebelum masuknya perusahaan ini, kami masyarakat di sini termasuk yang terisolasi,” imbuhnya.
Untuk itu, Antonius meminta pada pihak pemerintah agar cepat menyelesaikan persoalan yang dihadapi PT Sultan Rafli Mandiri agar secepatnya bisa beraktivitas seperti semula.
Sementara itu, satu diantara warga Dusun Muatan Batu, Tarina Dare (41) mengaku jika sejak beroperasinya perusahaan selama dua tahun ini perekonomian masyarakat setempat terasa meningkat.
“Dari perekonomian dan segala-galanya kita masyarakat di sini cukup meningkat setelah perusahaan SRM masuk, Meskipun saya tidak berkecimpung dalam perusahaan tapi karyawan mereka yang bekerja bisa belanja dan kas bon di warung saya. Tapi kalau sekarang ini perusahaan tidak beroperasi tentunya pendapatan warung jadinya juga tidak lancar,” terangnya.
Dia menambahkan, meski saat ini di dusunnya ada berdiri dua perusahaan pekebunan kelapa sawit, akan tetapi menurutnya tidak sama dengan keberadaan PT SRM yang selama ini banyak membantu warga.
“Selama PT SRM berada di wilayah kami, tiap tahun masyarakat mendapat tunjangan hari raya berupa daging, beras, minyak goreng. Selain itu masyarakat yang terdampak banjir juga mendapat bantuan serta dibaguskannya jalan, dan pembuatan jembatan, maupun masukan jaringan PLN. Bahkan kedepannya perusahaan mau memberikan per KK nya tunjangan walaupun tidak bekerja di perusahaan. Jadi sangat wajar jika masyarakat meminta PT SRM kembali beraktivitas,” ucapnya.
Ia menambahkan kalau massa yang datang melakukan aksi anarkis yang berujung penjarahan itu menurutnya tidak mengetahui secara pasti persoalan antara PT SRM dan pemilik lahan. Menurutnya massa yang datang itu sengaja di provokasi oleh oknum yang sengaja ingin mengacau aktifitas perusahaan.
” Tidak ada warga sini yang menolak, dulu yang datang sosialisasi perusahaan mau masuk ke warga itu pemilik lahan, kenapa sekarang mereka mau menutup setelah warga senang,” tandasnya.(agt)
Komentar