Ketapang, Kabarsulsel-Indonesia.com; Uti Albasir seorang warga Desa Randau Jungkal Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, yang berprofesi sebagai tukang timbau (pembuat) kapal Adat Melayu merasa kecewa lantaran orderan pesanan pembuatan kapal adat melayu sebanyak 8 buah yang dibuat atas perintah seseorang yang cukup dikenal dikalangan masyarakat Ketapang bernama Gusti Kamboja belum melunasi ongkos kerja sebesar 70 juta rupiah. Pada hal orderan pembuatan 8 buah Kapal Adat Melayu ini harus secepatnya diselesaikan dengan alasan akan dipergunakan untuk keperluan Kegiatan Akbar Napak Tilas ditahun 2023 lalu. Hal ini disampaikannya kepada media ini pada rabu, (21/02/2024).
Dikatakan Uti Albasir bahwa dari ke 8 buah Kapal tersebut, 7 buah berukuran sedang dan 1 buah berukuran paling besar semuanya selesai dikerjakan tepat waktu sesuai dengan sepakatan dan perintah Gusti Kamboja, namun sangat disayangkan 1 buah Kapal Adat Melayu tersebut hingga saat ini belum terselesaikan pembayarannya, padahal Kegiatan Napak Tilas sudah lama berlalu, Ungkap Uti Albasir kepada Kabarsulsel-Indonesia.com.
Uti Albasir selaku tukang Pembuat Kapal Adat Melayu ini mengatakan, bahwa dirinya beserta berapa orang teman lainnya yang ikut mendampingi menjadi saksi atas kehadirannya untuk bertemu dengan Gusti Kamboja ditempat kediamannya, dengan maksud dan tujuan untuk menagih (mengambil) sisa uang jerih payah serta tetes keringatnya sebanyak kurang lebih 70 Juta itu, namun Gusti Kamboja selalu beralasan bahwa, uang dana anggaran Napak Tilas tersebut belum dicairkan hingga sekarang.
Kemudian dikatakan lagi oleh Uti Albasir bahwa belum lama ini dirinya kembali menemui Gusti Kamboja lagi, namun upaya yang sangat diharapkan untuk mendapatkan uang sisa upah tukang membuat kapal tersebut tidak pernah mendapatkan hasil alias nihil, sedangkan setiap untuk pergi ke Ketapang dari Desa Randau Jungkal Kecamatan Sandai kami sudah pasti banyak memperggunakan biaya yang lumayan besar terutama bagi kami yang tidak mampu ini, jangankan sisa upah tukang 70 Juta itu yang Saya dapat, memberikan keputusan dan kepastian yang jelas pun terhadapat pembayaran sisa Upah membuat kapal itu Gusti Kamboja tidak bisa (mampu), padahal sudah beberapa kali dilakukan pertemuan dengan Gusti Kamboja, justru “Saya (Uti Albasir) diarahkan ke Dinas Parawisata dan Kebudayaan terkait permasalahan tersebut, Ujar Uti Albasir kepada Kabarsulsel Indonesia.com rabu (21/02).
Mendapat arahan dari Gusti Kamboja untuk menemui Kepala Dinas Parawisata dan Kebudayaan, “Uti Albasir beserta beberapa rekannya mengungkapkan terkait permasalahan tersebut, didepan Kadis Parbud “Jika tidak ada upaya secepatnya memberikan keputusan dalam proses penyelesaian sisa upah tukang pembuatan Kapal Adat Melayu Untuk kegiatan tapak tilas itu baik dari Gusti Kamboja maupun Disparbud, maka “Kami memutuskan akan mengambil Kapal tersebut dengan senilai jumlah hutang 70 Juta itu, “Kami yang sebagai masyarakat tidak mampu ini sangat berharap dengan sisa uang tersebut, apalagi sudah mendekati bulan puasa, “Ungkap rekan Uti Albasir yang tak ingin disebut namanya kepada Kabarsulsel-Indonesia.com rabu (21/02)
Kadis Parbud mengatakan bahwa sejauh ini yang masih terasa sangat banyak adalah hutang piutang terhadap pembuatan Kapal Adat inilah, yang lainnya sudah tidak ada lagi, kemudian Kadis Parbud juga mengatakan bahwa dirinya masih menunggu catatan pengeluaran yang sudah dibayarkan itu berapa dan sisa hutang ada berapa yang belum dibayar Ketum Gusti Kamboja, lalu Kadis Parbud menyarankan agar Uti Albasir dan rekanya menghubungi kembali Gusti Kamboja untuk mendapatkan solusi dalam proses penyelesaiannya, “Kata Kadis Parbud dalam rekam vidio.
Sempat dikatakan juga oleh Gusti Kollen orang kepercayaan Gusti Kamboja kepada Uti Albasir, bahwa mengenai pelunasan pembayaran sisa uang 70 Juta tersebut akan dibayar setelah Acara Akbar Napak Tilas, namun kenyataannya sampai saat ini omongan tersebut Nihil janji tinggal janji, “Kata Uti Albasir kepada KabarSulsel Indonesia.com rabu (21/02).
Terkait permasalahan tersebut, Uti Albasir dan rekannya merasa sangat kecewa terhadap Disparbud dan Gusti Kamboja seolah mereka sengaja dipermainkan, main lempar sana sini seakan lepas dari tanggung jawab terhadap penyelesaian sisa duit upah tukang kami tersebut.
Hingga berita ini terbit, Kabarsulsel-Indonesia.com masih berupaya melakukan penelusuran terkait permasalahan tersebut.
Komentar