Ketapang, Kabarsulsel-Indonesia.com | Kalimantan Barat Jalan Brigjen Katamso, tepat di depan kantor Sinarmas, berubah menjadi kuburan berdiri pada Rabu siang (23/4/2024).
Tumpahan minyak sawit mentah (CPO) membanjiri jalan raya hingga menyebabkan kecelakaan beruntun. Satu persatu pengendara motor bergelimpangan di atas aspal panas, termasuk seorang siswa SMA yang baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya.
Korban, yang saat itu mengendarai motor menuju Sungai Awan, menjadi salah satu korban selip akibat licinnya jalan yang dipenuhi CPO.
“Anak saya jatuh terpelanting! Motor rusak parah, HP kredit baru dua bulan hancur! Kami rugi jutaan. Siapa mau bertanggung jawab?!” teriak Iksan (48), ayah korban, dengan mata berkaca-kaca.
Kerugian materi korban diperkirakan mencapai Rp5 hingga Rp6 juta. Tapi lebih dari itu, trauma dan ketidakadilan yang dirasakan jauh lebih dalam.
Mirisnya, hingga berita ini diterbitkan, baik pihak perusahaan pengangkut CPO maupun aparat kepolisian, tak satu pun yang berinisiatif menyelesaikan masalah. Jalanan tetap dipenuhi sisa-sisa CPO, nyawa rakyat kecil tetap menjadi taruhan.
Bukan Insiden Pertama!
Tumpahan CPO di jalur ini bukan sekali dua kali terjadi. Tapi entah mengapa, tidak pernah ada tindakan tegas dari pihak berwenang.
Seolah-olah nyawa pengendara motor hanya angka-angka tak berarti di mata para pengusaha dan aparat penegak hukum.
Sementara itu, ketika wartawan mencoba mengonfirmasi kepada pihak Sinarmas pada Senin (28/4/2025), jawaban yang diberikan justru menyulut kemarahan.
Anuar, Kepala Tata Usaha di penampungan CPO Sinarmas, membantah keterlibatan perusahaan besar itu.
“Kalau menuduh tanpa bukti, itu bisa mencemarkan nama baik kami,” katanya enteng.
Bantahan itu justru memperbesar pertanyaan di benak publik:
- Jika bukan tangki Sinarmas, lalu tangki siapa?
- Mengapa lokasi tumpahan tepat di depan kantor Sinarmas?
- Mengapa tidak ada satupun tindakan cepat dari pihak terkait?
Polisi Lalu Lintas Dituding Bungkam!
Tak kalah mengejutkan, sikap polisi lalu lintas juga dipertanyakan. Bukannya bergerak cepat mengusut sumber tumpahan, polisi malah memilih bungkam.
“Kenapa Polantas diam? Ada apa? Siapa yang mereka lindungi? Kami rakyat kecil harus terus jadi korban?!” geram seorang warga setempat.
Warga Ketapang mendesak keras agar kasus ini diusut tuntas, dan pihak yang lalai harus dihukum seberat-beratnya. Mereka menuntut ketegasan polisi, transparansi perusahaan, dan keadilan bagi para korban.
Keselamatan warga bukan mainan. Jika terus dibiarkan, jangan salahkan rakyat jika akhirnya turun ke jalan menuntut keadilan!
Writter : Sukardi | Editor : Red
Komentar