Maluku Barat Daya, Kabarsulsel-Indonesia.com | Pelayanan kesehatan di RSU Tiakur kembali menjadi sorotan tajam setelah Kepala Desa Wakarleli, Marnex Tanody, S.Pd., mengungkapkan kekecewaannya terhadap kelalaian pihak rumah sakit yang diduga berkontribusi pada meninggalnya putri tercintanya, Josin Hana Tanody, usai menjalani operasi persalinan.
Marnex menyatakan, sebelum operasi yang dilakukan pada 4 Januari 2025, kondisi kesehatan putrinya berada dalam keadaan baik.
Namun, pasca-operasi, kondisi Josin justru memburuk hingga akhirnya meninggal dunia pada Selasa, 7 Januari 2025. Menurutnya, pelayanan RSU Tiakur tidak hanya lamban, tetapi juga terkesan abai terhadap pasien.
Saya Menyaksikan Bidan Tertidur, Dokter Tidak Ada di Tempat
Tragedi ini semakin memilukan ketika Marnex menceritakan kronologi malam kritis putrinya. Sekitar pukul 03.00 WIT, ia bersama istrinya diminta datang ke rumah sakit karena kondisi Josin memburuk.
Namun, alih-alih mendapat penanganan sigap, ia menemukan bidan piket tertidur lelap dan dokter yang seharusnya bertugas tidak berada di lokasi.
“Saya langsung menelepon suami dari dokter Falda pada pukul 04.57 WIT. Satu jam kemudian dokter baru datang dan melakukan tindakan. Tapi apa gunanya? Anak saya sudah terlalu kritis,” ujar Marnex dengan nada kecewa.
Ia menambahkan, pelayanan para tenaga medis baru terlihat aktif setelah kondisi anaknya sudah dalam keadaan sangat buruk. “Kenapa harus menunggu pasien kritis untuk bergerak? Ini bukti sistem pelayanan di RSU Tiakur sangat buruk,” tegasnya.
Operasi Ditangani Dokter Umum, RSU Tiakur Tak Punya Dokter Spesialis
Marnex juga menyoroti ketiadaan dokter spesialis di RSU Tiakur yang membuat operasi persalinan putrinya hanya dilakukan oleh dokter umum. Menurutnya, hal ini menjadi bukti nyata betapa minimnya perhatian pemerintah terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.
“Saya meminta pemerintah daerah segera bertindak. Ini bukan sekadar insiden biasa. Krisis dokter spesialis di RSU Tiakur adalah masalah mendesak yang harus segera diselesaikan,” ungkapnya.
Tokoh Pemuda Wakarleli: “Ini Bentuk Pengkhianatan terhadap Hak Hidup Pasien“
Tak hanya Marnex, Yurgen Rio Tanody, S.H., tokoh pemuda Desa Wakarleli, turut mengecam keras buruknya pelayanan RSU Tiakur. Yurgen menyebut kelalaian ini sebagai bentuk pengkhianatan terhadap hak hidup pasien yang seharusnya dilindungi oleh tenaga medis.
“Kematian adalah hak Tuhan, tetapi tugas tenaga medis adalah melayani dengan hati tulus dan profesional. Tidak ada alasan untuk tidur saat pasien membutuhkan pertolongan. Kelalaian seperti ini tidak bisa ditoleransi,” tegas Yurgen.
Yurgen juga mendesak pemerintah daerah, khususnya Bupati Maluku Barat Daya, untuk segera berkolaborasi dengan kementerian terkait guna mendatangkan dokter spesialis ke RSU Tiakur.
“Ini masalah serius. Jika dibiarkan, tragedi seperti ini akan terus terjadi. Pemerintah harus segera bertindak,” ujarnya penuh emosi.
Krisis Sistemik di RSU Tiakur
Kasus ini memperlihatkan betapa lemahnya sistem pelayanan kesehatan di Kabupaten Maluku Barat Daya. Dengan ketiadaan dokter spesialis dan tenaga medis yang tidak profesional, masyarakat dipaksa menghadapi risiko tinggi ketika membutuhkan pelayanan kesehatan.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa nyawa masyarakat seolah tak lebih berharga dari kelalaian dan buruknya manajemen pelayanan.
Kini, perhatian publik tertuju pada langkah nyata pemerintah daerah untuk mengatasi krisis kesehatan di RSU Tiakur. Akankah ada perubahan, atau ini hanya akan menjadi cerita pilu yang kembali terulang?
Komentar