Tiga Pilar Iman dan Budaya; Inspirasi Desain Gereja Katolik St. Yosep Pekerja Fakfak

Fakfak, Kabarsulsel–Indonesia.com | Gereja Katolik St. Yosep Pekerja Fakfak yang berlokasi di Kampung Brongkendik resmi diresmikan pada Selasa (7/10/2025).

Bangunan megah yang berdiri tak jauh dari Pulau Bonyum — tempat bersejarah masuknya agama Katolik di Tanah Papua — kini menjadi simbol baru kebangkitan iman yang berpadu harmonis dengan kearifan lokal Fakfak.

Gereja ini dirancang oleh Widhi Asmorojati, ST, MT, seorang ASN muslim yang lahir dan besar di Kokas serta menempuh pendidikan pascasarjana di Universitas Krisnadwipayana Jakarta dan dikenal sebagai lulusan terbaik.

Sebagai putra Kokas, Widhi menghadirkan karya arsitektur yang tidak sekadar menampilkan estetika dan fungsi liturgis, tetapi juga menyuarakan pesan tentang persaudaraan lintas iman dan kebersamaan budaya.

Tiga Pilar, Tiga Kampung, Satu Iman

Mengusung filosofi Tiga Pilar Utama, desain Gereja St. Yosep Pekerja ini terinspirasi dari bangunan gereja lama yang memiliki tiga pilar kokoh.

Kini, ketiga pilar itu dihadirkan kembali dalam bentuk struktur monumental di bagian depan gereja, melambangkan persatuan tiga kampung: Brongkendik, Raduria, dan Hambirangkendik yang bersama-sama menjadi bagian dari paroki ini.

Namun, pilar-pilar tersebut bukan hanya elemen arsitektural. Dalam makna Katolik, ketiganya merepresentasikan Kitab Suci (pedoman iman), Tradisi (warisan praktik iman), dan Magisterium (kewenangan ajaran Gereja).

Tiga pilar ini menjadi penopang kehidupan rohani umat Katolik, sebagaimana tungku tiga batu menopang periuk kehidupan masyarakat Fakfak.

Falsafah ini sekaligus memantulkan nilai luhur lokal, yakni Satu Tungku Tiga Batu — filosofi masyarakat Fakfak tentang persatuan, keseimbangan, dan toleransi di tengah keberagaman suku, agama, budaya, bahasa, dan tingkat sosial.

Harmoni Arsitektur, Iman, dan Budaya

Gereja St. Yosep Pekerja dibangun di atas fondasi nilai-nilai kebersamaan yang hidup di tengah masyarakat plural.

Desainnya memadukan bentuk klasik gereja lama dengan pendekatan arsitektur modern dan kontekstual, menjadikan bangunan ini bukan sekadar tempat beribadah, tetapi juga simbol dialog antara iman dan budaya.

“Desain ini tidak hanya tentang bangunan fisik, tetapi tentang bagaimana iman dapat hidup berdampingan dan berkembang di tengah masyarakat yang majemuk. Tiga pilar ini adalah pengingat bahwa kekuatan iman tumbuh bersama nilai-nilai lokal yang kita hidupi bersama,” ujar Widhi Asmorojati.

Simbol Kehidupan yang Inklusif

Lebih dari sekadar tempat suci, Gereja Katolik St. Yosep Pekerja Fakfak diharapkan menjadi ruang spiritual yang inklusif, tempat tumbuhnya kasih, toleransi, dan persaudaraan lintas iman.

Kehadiran gereja ini sekaligus mempertegas semangat Fakfak sebagai tanah yang menjunjung tinggi keberagaman dan hidup dalam harmoni — sebagaimana pepatah lokal, Satu Tungku Tiga Batu, Satu Hati Satu Tujuan.

Dengan peresmiannya, gereja ini tak hanya menjadi ikon arsitektur religius baru di Papua Barat, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa iman dan budaya dapat bersinergi, melahirkan karya yang memperkaya jati diri dan memperkuat semangat kemanusiaan.

Komentar