Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com; Pesta Pemilu sudah diambang mata, terhitung tinggal 13 hari lagi tepatnya 14 Februari 2024 seluruh rakyat Indonesia yang telah berusia 17 tahun ke atas atau yang telah menikah akan menyalurkan hak politik mereka di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Di kutip dari Bab I Pengertian istilah Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum menjelaskan bahwa Pemilhan Umum atau Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebagai sarana kedaulatan rakyat, maka Pemilihan Umum di Negara yang menganut azas Demokrasi selalu melaksanakan Pemilu 5 tahun sekali, dengan mengedepankan rakyat sebagai pemegang mandat kekuasaan.
Kembali pada perehelatan Pemilu yang akan di laksanakan pada 14 Februari 2024 ini, tentunya rakyat Indonesia akan bertanggung jawab penuh untuk menentukan pilihan politik mereka untuk menentukan perwakilan rakyat baik di Legislatif Kabupaten, Provinsi maupun Pusat dan juga Presiden. Lantas bagaimana para elite Politik yang akan menjadi perwakilan rakyat meyakinkan pemilih untuk menjatuhkan pilihan politik kepada mereka ? Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi para elite politik.
Tulisan yang disajikan saat ini tentu tidak bermaksud mengkerdilkan para kandidat yang lain yang juga berpeluang untuk bisa meraih kesuksesan menduduki Gedung Nusantara. Namun kans yang disajikan dalam tulisan terhasilkan dari observasi cepat yang dilakukan penulis pada beberapa wilayah di Papua Barat.
Seyogyanya para Figur kontestan yang hendak merepresentasekan rakyat dan akan bertarung memperebutkan kursi DPR RI asal Papua Barat berjumlah 53 orang dari 17 Partai Politik sebagai partai peserta pemilu. Tentunya perebutan kursi DPR RI ini menjadi ajang kompetisi sengit karena 53 kontestan ini hanya akan memperebutkan 3 Kursi di senayan. Lantas Siapa yang bakal berpeluang mendapat ketiga kursi DPR RI dari 53 kontestan ini ?.
Tiga Figur yang menjadi sorotan masyarakat Papua Barat dan getol diperbincangkan khalayak publik yang hendak diulas dalam tulisan ini diantaranya : Dr. DRS. Mohammad Uswanas, M.Si; dr. Rosaline Irene Rumasew, M.Kes; dan Caroline C. Makalew, SP. Berikut akan disajikan profil masing-masing figur Calon Anggota DPR RI yang berpeluang mewakili suara masyarakat Papua Barat di Senayan.
- Figur Mantan Bupati Fakfak 2 Priode yaitu DR. Drs. Mohammad Uswanas, M.Si.
Siapa yang tidak kenal sosok figur yang satu ini, di kutip dari halaman wikipedia https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mohammad_uswanas dirinya merupakan Mantan Bupati Fakfak 2 Periode yakni 2010-2015 dan 2016-2021. DR. Drs. Mohammad Uswanas, M.Si yang akrab di panggil Kaka Mocha ini lahir di Fakfak pada 16 Februari 1960. Suami dari Lina Surjani ini pun merupakan mantan anggota DPRD Provinsi Irian Jaya.
Kaka Mocha memulai pendidikan dasar di SD YPK Fakfak dan tamat tahun 1975. Setelah menamatkan Sekolah Dasar, Kaka Mocha melanjutkan pendidikan ke SMP YPK Fakfak dan tamat pada tahun 1978. Usai tamat SMP YPK Fakfak, Mantan instruktur dan Penatar tetap pada Tim Kanwil Perdagangan Propinsi Irian Jaya tahun 1988 ini meneruskan pendidikan ke SMA Negeri 416 Fakfak dan menyelesaikan pendidikan SMA pada tahun 1982.
Jiwa pemimpin Kaka Mocha mulai terlihat sejak mengenyam pendidikan di SMA Negeri 416 Fakfak, hal ini tampak saat dirinya bersekolah di SMA, Kaka Mocha dipercayakan menjabat sebagai Ketua Osis. Setelah Kaka Mocha menyelesaikan pendidikan SMA, dirinya langsung hengkang ke Jayapura guna meneruskan pendidikan di Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan pada Universitas Cendrawasih Irian Jaya dan di wisudakan pada tahun 1988.
Mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, Kaka Mocha terus mengasah kemampuan berorganisasinya melalui organisasi eksternal kampus hingga dipercayakan menjabat sebagai Ketua Pemuda Anshor Propinsi Irian Jaya. Tak hanya berorgaisasi di level eksternal kampus Kaka Mocha juga aktif di organisasi internal kampus. Dia bahkan dipercayakan menjabat sebagai kepala sub bagian Administrasi Kemahasiswaan Akademi Teknis Jayapura (ATJ).
Dalam organisasi politik Eks Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Fakfak ini sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Propinsi Irian Jaya. Dan juga pernah dipercayakan sebagai Pengurus DPD Partai Golkar Propinsi Irian Jaya.
Setelah Kaka Mocha menyelesaikan pendidikan strata satu, dirinya lantas melanjutkan pendidikan strata dua di Universitas Cendrawasih dan selesai dengan gelar magister ilmu ekonomi. Sosok mantan Bupati Fakfak 2 periode ini tak berhenti hanya sebatas Strata dua, dia masih terus mengejar ilmu hingga jenjang pendidikan strata tiga dalam bidang studi kebijakan publik pada universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Ekspektasinya di Bidang Pendidikan membuat Mantan karyawan PT. Sucofindo Persero Jayapura ini pun kala dipercayakan memimpin Kabupaten Fakfak, dirinya sontak membuat terobosan menghadirkan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang dikenal dengan nama Politeknik Negeri Fakfak. Politeknik Negeri Fakfak ini menjadi salah satu perguruan tinggi negeri yang banyak diminati serta menampung para mahasiswa-mahasiswi baik yang domisili di Kabupaten Fakfak maupun dari luar Fakfak seperti wilayah maluku dan sekitarnya.
Karir politik Kaka Mocha semakin mentereng pasca dirinya dipercayakan sebagai Ketua TKD Provinsi Papua Barat. Tentunya torehan pencapaian Kaka Mocha selama kepemimpinannya sebagai Bupati Fakfak, membuat dirinya banyak menjadi Pilihan Masyarakat Papua Barat. Hal ini semakin memantapkan langkah 1 Kursi DPR RI menjadi milik DR. Drs. Mohammad Uswanas, M.Si.
- Figur lain yang juga menjadi target pilihan masyarakat Papua Barat adalah sosok perempuan berdarah Papua yakni dr. Rosaline Irene Rumaseuw, M.Kes.
Figur politisi asal partai Amanat Nasional (PAN) ini terbilang sangat dekat dengan masyarakat. Dengan besiknya sebagai seorang dokter, justru digunakan untuk banyak membantu masyarakat.
Tidak tanggung-tanggung dirinya menyiapkan ribuan kaca mata dan melakukan pemeriksaan mata gratis bagi masyarakat 7 Kabupaten di Papua Barat. Pendekatan kesehatan yang diterapkan membuat masyarakat pada 7 Kabupaten di Papua Barat ini menjadi bersimpatik terhadap sosok dr. Rosaline Irene Rumaseuw, M.Kes.
Mungkin figur ini disebagian kalangan belum terlalu santer di dengungkan namun di mayoritas kelompok masyarakat akar rumput yang Rosaline Rumaseuw menghadirkan solusi bagi penderita penyakit mata akibat rabun dekat maupun rabun jauh, serta katarak dan lain sebagainya.
Terobosan politisi perempuan berdarah Papua yang kesehariannya berprofesi sebagai dokter mata dengan pendekatan kesehatan mata serta hesteg “Mata ku Jendela Dunia” sangat menyentuh masyarakat. Apalagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, hal ini tentu sangat membantu mereka.
Tak ayal beberapa pasien yang sempat ditemui Kabarsulsel-Indonesia.com menuturkan jika mereka merasa senang dan sangat terbantu dengan adanya program pengobatan masal dan pembagian kaca mata gratis ala dokter Rosaline Rumaseuw.
Tidak tanggung-tanggung warna dan sikap politik para pasien yang sempat merasakan sentuhan tangan dokter Rosaline Irene Rumaseuw ini langsung di tunjukan melalui pengakuan dukungan politik kepada dokter Rosaline, bahkan lebih dari itu beberapa pasien sontak membentuk sel kerja untuk mempromosikan politisi berdarah papua ini.
Sikap dan komitmen kerja yang ditunjukan ini tentu memberi sinyal jika 1 Kursi DPR RI akan menjadi milik dr Rosaline Irene Rumaseuw, M.Kes Calon DPR RI Nomor Urut 1 asal Partai Amanat Nasional.
- Figur lain yang juga tidak kalah penting dan banyak mendapat sorotan publik Papua Barat adalah Caroline C. Makalew, SP.
Sosok politisi perempuan kalahiran Manokwari, 31 Desember 1992 ini boleh terbilang masih muda, namun sepak terjangnya dalam dunia politik tidak perlu diragukan lagi. Keberaniannya untuk maju bertarung menduduki senayan tentu memberikan sinyal istimewa karena dirinya merepresentasekan kelompok feminis muda asal Papua Barat. Dengan pengalamannya selaku Ketua Komisi Partai Nasdem di DPRD Kabupaten Manokwari, tentu membuat Caroline Makalew menjadi sosok figur yang layak berkompetisi di level nasional mewakili suara masyarakat Papua Barat.
Tak hanya itu saja, sosoknya yang tenang dan santun tentu memberikan kesan kesejukan dalam zona politik etis serta menghadirkan edukasi bagi masyarakat Papua Barat. Selain itu kehadiran Coriline dalam bursa pencalonan DPR RI dari Partai Nasdem Nomor Urut 1 diyakini kuat mampu mewakili suara perempuan muda yang kerap kurang mendapat tempat dalam ruang publik termasuk ruang percaturan politik.
Memang fakta empirik yang kerap dilakoni dan tak bisa dihindari adalah perempuan kerap menjadi kelompok rentan yang kerap kurang mendapat perlakuan yang adil. Mereka (perempuan) hanya dianggap sebagai pelangkap dalam cluster sosial yang bertanggung jawab melaksanakan tugas-tugas domestikal dan jarang tampil di ruang publik. Namun justru kehadiran Caroline Makalew dalam percaturan politik sebagai politisi perempuan muda mampu menggugurkan pandangan skeptish masyarakat bahwa kemampuan politisi perempuan muda juga tak bisa dianggap sepele.
Dia bahkan membuktikan kerja-kerja nyata yang berdampak serta di rasakan oleh masyarakat Manokwari sejak dirinya dipercayakan oleh masyarakat menduduki kursi DPRD Kabupaten Manokwari. Bahkan lebih dari itu Caroline pun dipercayakan oleh Partai besutan Surya Paloh ini sebagai Ketua Fraksi Nasdem di DPRD Kabupaten Manokwari. Hal ini tentu sebuah pencapaian karir yang luar biasa, apa lagi di usianya yang terbilang masih muda.
Dengan modal sosial politik yang di hadirkan Caroline C. Makalew melalui pendekatan feminis yang dibaluti reprsentase suara perempuan muda, tentu memberi sinyal kepada publik Papua Barat jika Caroline C Makalew, SP Caleg Nomor Urut 1 Partai Nasdem berpeluang memperoleh 1 kursi DPR RI dari Dapil Papua Barat.
Komentar