Maluku Tenggara, Kabarsulsel-Indonesia.com | Dunia pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara kembali tercoreng. Marius Fernatyanan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sekolah SD Naskat Ohoi Mun Ohoir, Kecamatan Kei Besar Utara Barat, diduga mengabaikan tugasnya dengan meninggalkan sekolah selama berbulan-bulan.
Akibatnya, ratusan siswa terlantar, ijazah tak kunjung terbit, dan kondisi sekolah semakin memprihatinkan.
Warga geram dengan sikap Plt Kepsek yang lebih memilih “berbulan madu” di kota ketimbang menjalankan tanggung jawabnya.
“Anak-anak kami yang sudah lulus SD tidak mendapatkan ijazah, sementara yang masih bersekolah pun tidak menerima rapor. Ini jelas bentuk pembiaran yang tidak bisa ditoleransi,” ujar salah satu orang tua siswa dengan nada kesal.
Bukan hanya persoalan administrasi, kondisi sekolah pun semakin parah. Plafon rusak, atap bocor di berbagai sisi, dan fasilitas belajar minim. Namun anehnya, Dana BOS yang seharusnya digunakan untuk rehabilitasi sekolah justru tidak jelas penggunaannya.
“Ke mana uang BOS yang dikucurkan pemerintah pusat? Mengapa sekolah tetap dalam kondisi mengenaskan?”
Warga mendesak Inspektorat Kabupaten Maluku Tenggara untuk segera melakukan audit menyeluruh terhadap penggunaan Dana BOS di SD Naskat Ohoi Mun Ohoir.
Lebih lanjut, masyarakat juga mempertanyakan peran Dinas Pendidikan Kabupaten Maluku Tenggara yang terkesan membiarkan situasi ini berlarut-larut tanpa ada tindakan tegas.
“Kami butuh pemimpin yang punya integritas, bukan kepala sekolah yang lari dari tanggung jawab. Jika dibiarkan, masa depan anak-anak kami akan semakin terancam,” tegas warga.
Skandal ini menjadi pukulan telak bagi dunia pendidikan di Maluku Tenggara. Jika tidak ada tindakan konkret, bukan tidak mungkin kasus serupa terjadi di sekolah lain.
Kini, semua mata tertuju pada Dinas Pendidikan dan Inspektorat Kabupaten Malra: Apakah mereka akan bertindak tegas atau justru menjadi bagian dari pembiaran yang merugikan generasi penerus bangsa?
Komentar