Tual, Kabarsulsel-Indonesia.com | Program penyediaan makanan bergizi gratis yang digembar-gemborkan oleh Yayasan Pelangi Maluku di sejumlah sekolah di Kota Tual dan Maluku Tenggara, justru diwarnai dugaan praktik tak pantas yang mengancam kualitas gizi dan kesehatan peserta didik.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, terdapat praktik penyajian nasi yang telah dimasak sehari sebelumnya dan hampir basi, namun tetap disajikan keesokan harinya dalam foodtray untuk dikonsumsi siswa.
Parahnya, tindakan ini dilakukan sepengetahuan pihak yayasan, termasuk Ibu Ika selaku penanggung jawab program dan Tim SPPG (Satuan Pelaksana Program Gizi).
Sejumlah ibu-ibu yang bertugas di dapur membenarkan bahwa tidak ada dokumentasi untuk nasi yang sudah tidak layak tersebut, namun seluruh tenaga dapur mengetahui praktik tersebut terjadi secara rutin.
Selain itu, jenis buah yang diberikan kepada siswa pun menjadi sorotan. Buah salak yang dikenal asam dan keras (spat) tetap diberikan meski telah dikeluhkan oleh pihak sekolah.
Ahli gizi di lapangan sebenarnya telah merekomendasikan buah pisang yang lebih ramah anak, namun rekomendasi tersebut diabaikan begitu saja oleh pihak yayasan.
Kinerja SPPG juga dipertanyakan karena tidak pernah melakukan pemantauan aktif ke sekolah-sekolah sejak kegiatan perdana pada 17 Februari. Hingga saat ini, SPPG hanya tercatat turun ke tiga sekolah, yaitu SDN 12 Kota Tual, SMPN 2 Kota Tual, dan SDN 31 Kota Tual, itupun hanya oleh ahli gizi, bukan tim lengkap.
Yang lebih memprihatinkan, suasana kerja di dapur program ini dilaporkan penuh tekanan. Komunikasi internal kacau karena SPPG kerap menggunakan nada tinggi dan dianggap tidak menghormati para karyawan yang rata-rata lebih tua.
Bahkan, sempat terjadi intimidasi terhadap sejumlah karyawan Muslim yang keberatan terhadap pembagian shift kerja selama bulan Ramadan.
“Kalau tidak mau ikut shift, diberhentikan saja,” ujar seorang sumber mengutip pernyataan salah satu pimpinan lapangan, Pak Josi. Ucapan ini jelas mengandung ancaman dan menunjukkan sikap tidak toleran terhadap ibadah di bulan suci.
Menanggapi temuan-temuan ini, Wakil Ketua Ormas Pelita Prabu Kabupaten Maluku Tenggara, Agustinus B. Rahakbauw, angkat bicara tegas.
“Kami mengutuk keras kinerja buruk seperti ini. Program makanan bergizi gratis ini menyangkut masa depan anak-anak, bukan main-main. Kami dari Ormas Pelita Prabu yang bertugas mengawasi jalannya program ini akan segera melaporkan langsung ke atasan tertinggi di Jakarta,” tegas Agustinus.
Ia juga menambahkan bahwa banyak warga masyarakat yang telah menyampaikan keluhan secara langsung kepada pihaknya, baik mengenai kualitas makanan maupun sikap arogansi dalam pelaksanaan program.
“Sudah terlalu banyak warga yang mengeluh dengan cara kerja Yayasan Pelangi Maluku. Bila tidak segera ditindak, ini bisa jadi bencana besar dalam dunia pendidikan dan kesehatan anak,” tutupnya.
Hingga berita ini dirilis, belum ada tanggapan resmi dari pihak Yayasan Pelangi Maluku. Masyarakat kini menanti tindakan cepat dan tegas dari otoritas yang berwenang untuk menyelamatkan wajah program gizi yang seharusnya menjadi simbol kepedulian terhadap generasi penerus bangsa.
Writter : Elang Key | Editor : Red
Komentar