Silaturahmi Ilmuwan Perempuan Indonesia: Dari Refleksi Gender Hingga Rencana Besar Menulis Peradaban

Daerah, Jakarta, NEWS41 views

Jakarta, Kabarsulsel-Indonesia.com |  Galeri Dewi Motik yang terletak di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, mendadak terasa seperti ruang dialog peradaban pada Kamis, 24 April 2025.

Di kediaman pribadi tokoh perempuan nasional, Dr. Hj. Dewi Motik Pramono, puluhan ilmuwan perempuan dari seluruh Nusantara berkumpul dalam acara Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Majelis Alimat Indonesia (PP MAI).

Acara ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum PP MAI, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH, M.Si., dan dihadiri para tokoh perempuan lintas generasi.

Di antara yang hadir adalah Sekjen PP MAI, Dr. Astri, serta tokoh-tokoh nasional seperti Dr. Hj. Ulla Rachmawati, Prof. Nurhayati Ali Assegaf, Prof. Reni Hawari, Prof. Yasmin Shihab, Dr. Marlinda Puteh, Prof. Dr. Euis Amalia, dan Prof. Nihaya.

Namun, pertemuan ini bukan sekadar seremoni pasca-Idulfitri. Ini adalah bagian dari agenda rutin bulanan MAI yang menggabungkan silaturahmi dengan kajian mendalam tentang keislaman, keperempuanan, dan kebangsaan.

Dengan fokus pada penguatan peran perempuan dalam pembangunan masyarakat dan peradaban, acara ini menjelma menjadi ruang refleksi dan inisiasi strategis.

Dalam sambutannya, Dewi Motik mengupas tajam soal “Kajian Responsif Gender” yang telah ia implementasikan secara nyata melalui pendirian 10 organisasi perempuan, termasuk IWAPI. Bagi Motik, kesarjanaan bukan sekadar gelar, melainkan panggilan untuk turun langsung ke masyarakat.

“Gelar akademik hanyalah awal. Nilai sejatinya terletak pada keberanian untuk menjadikan ilmu sebagai cahaya yang menerangi. Ilmu yang tidak memberi manfaat hanyalah sebatas hafalan, bukan pengabdian,” tegasnya, disambut anggukan penuh persetujuan dari Prof. Sylviana Murni dan para tokoh lainnya.

Agenda strategis pun dimulai. Dr. Hj. Ulla Rachmawati menyampaikan rencana ambisius: penyusunan dan penerbitan buku bertema Perempuan, Ketahanan Nasional, Energi, dan Peradaban Islam.

Buku ini akan menampilkan tulisan dari seluruh peserta, mencerminkan pengalaman dan gagasan perempuan Indonesia dalam menghadapi isu-isu strategis bangsa.

“Topiknya sudah jelas. Setiap kita menulis dari perspektif perempuan dalam konteks ketahanan, energi, dan peradaban. Kita bangun narasi peradaban dari perempuan,” ujar Dr. Ulla, yang diamini oleh Sekjen Astri dan disetujui langsung oleh Prof. Sylviana.

Buku ini, rencananya, tak hanya menjadi dokumentasi gagasan. Ia akan menjadi monumen intelektual perempuan Indonesia mengabadikan semangat zaman, merumuskan arah, dan meneguhkan bahwa ilmu, bila dihidupi dengan keberanian, bisa menjadi jalan menuju peradaban.

Komentar