Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Dentuman gong berpadu dengan doa dan tarian adat mengalun di Kampung Werfra, Distrik Furwagi, Sabtu (11/10/2025).
Di bawah langit biru Teluk Ganasoba, masyarakat adat tiga kampung—Werfra, Twotkendik, dan Tanahamur—berkumpul dalam suasana sakral: prosesi buka sasi kerakera, penanda dimulainya musim panen pala barat tahun ini.
Sasi, sebuah sistem larangan adat yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Fakfak, bukan sekadar ritual.
Ia adalah bentuk penghormatan terhadap alam, warisan leluhur, sekaligus wujud kearifan ekologis yang telah diwariskan lintas generasi.
Di wilayah penghasil pala terbaik ini, sasi menjadi hukum sosial yang dijaga dengan hati dan rasa hormat.

Sakralitas yang Hidup di Tengah Alam
Kepala Kampung Werfra, Alfret Hindom, dalam sambutannya menegaskan bahwa Sasi Kerakera merupakan kehendak bersama masyarakat Teluk Ganasoba untuk menjaga mutu dan kualitas pala Tomandin, yang menjadi kebanggaan daerah.
Ia mengingatkan, tradisi sasi bukan sekadar larangan, tetapi perjanjian moral antara manusia, alam, dan leluhur.
“Dengan dibukanya sasi hari ini, masyarakat kembali diberi izin untuk memanen hasil bumi yang selama ini dijaga bersama. Kita ingin memastikan bahwa setiap biji pala yang dipetik, dipetik dengan restu adat dan rasa syukur,” ujarnya.
Prosesi ini diawali dengan ngopi bersama di balai kampung, lalu masyarakat berjalan beriringan menuju jembatan tempat sasi dipasang. Di sana, para tua-tua adat memimpin doa adat, memohon izin kepada Sang Pencipta dan arwah leluhur agar panen tahun ini diberkahi dan melimpah.
Simbul sasi berupa janur dan anyaman daun kelapa kemudian dilepas—menandai berakhirnya masa larangan. Dalam keheningan yang penuh makna, masyarakat menyaksikan momen ketika hukum adat dicabut dengan cara yang begitu indah dan penuh hormat.
Setelah prosesi, makan bersama digelar sebagai ungkapan syukur. Tua, muda, dan anak-anak duduk satu hamparan, menikmati hasil bumi sambil berbagi cerita dan tawa. Di tengah aroma pala yang menyeruak dari kebun-kebun sekitar, terasa jelas: tradisi ini bukan hanya ritual, melainkan perayaan kehidupan.
Pemerintah Apresiasi Kearifan Lokal
Turut hadir Plt. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST, MT, bersama rombongan dinas. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa upacara buka sasi memiliki nilai spiritual dan ekologis yang tinggi.
“Buka sasi bukan hanya membuka panen, tapi juga membuka hati kita untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam,” ujarnya.
Ia menilai, sistem sasi adat kerakera adalah kearifan lokal yang menegaskan kemandirian masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
Di tengah gempuran modernisasi dan ekspansi ekonomi, tradisi seperti ini menjadi penopang identitas dan ketahanan budaya daerah.
“Atas nama Pemerintah Daerah, kami menyampaikan penghormatan setinggi-tingginya kepada masyarakat Teluk Ganasoba. Tradisi buka sasi ini perlu kita jaga bersama sebagai simbol harmoni antara budaya dan lingkungan,” tambahnya.
Pemerintah, lanjut Widhi, berkomitmen untuk mendukung pelestarian tradisi adat pasang dan buka sasi kerakera. Selain menjadi penjaga ekosistem pala Fakfak yang terkenal di dunia, tradisi ini juga mengandung nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat.
Generasi Muda dan Tanggung Jawab Warisan
Widhi juga mengingatkan pentingnya peran generasi muda Fakfak dalam menjaga tradisi ini agar tidak hilang dimakan zaman.
“Anak-anak muda harus tahu bahwa sasi bukan sekadar adat, tapi filosofi hidup. Ia mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, dan rasa hormat terhadap alam,” tuturnya.
Ia berharap ke depan, tradisi pasang dan buka sasi kerakera dapat terus digaungkan di seluruh kampung penghasil pala. Tidak hanya sebagai pelestarian budaya, tetapi juga strategi menjaga nilai ekonomi dan keberlanjutan komoditas unggulan Fakfak.
Warisan yang Menyatu dengan Alam
Bagi masyarakat Teluk Ganasoba, sasi adalah nyawa yang menyatukan manusia dengan alam. Ia mengajarkan bahwa hasil bumi tidak boleh diambil sembarangan, bahwa alam harus dihormati sebelum dipanen.
Setiap janur yang dilepaskan dalam prosesi buka sasi bukan hanya simbol, melainkan pengingat bahwa kesejahteraan sejati lahir dari keselarasan antara adat, alam, dan iman.
Dan ketika gong terakhir berdentum di Werfra, para tua-tua adat menatap kebun pala di kejauhan. Musim panen telah tiba—dengan restu leluhur, dengan berkat alam, dan dengan semangat kebersamaan yang terus hidup dalam denyut nadi masyarakat Fakfak.
Komentar