Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Ketika banyak pejabat menjadikan kekuasaan sebagai jalan keuntungan pribadi, Samaun Dahlan, S.Sos., M.Si., memilih jalan sebaliknya.
“Saya punya klinik sendiri, tapi saya tidak akan gunakan untuk bisnis pribadi. Semua kegiatan pemeriksaan kesehatan harus di RSUD Fakfak,” katanya dengan nada tegas di hadapan ratusan tenaga kesehatan, Rabu (12/11).
Pernyataan itu menggema di Aula RSUD Fakfak, pada peresmian empat fasilitas baru: Gedung NICU, Farmasi, Laundry, dan Poli Psikologi.
Bagi warga Fakfak, kalimat itu bukan sekadar ucapan. Ia adalah bukti komitmen moral seorang pemimpin yang menolak kemewahan pribadi demi pelayanan publik.
Di bawah kepemimpinan Samaun Dahlan, Fakfak berubah. Dulu, masyarakat harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk berobat. Kini, rumah sakit kabupaten itu menjadi pusat harapan baru dengan fasilitas setara rumah sakit provinsi.
Samaun tidak sekadar memerintah dari podium. Ia memantau langsung setiap proses pembangunan—dari instalasi oksigen hingga ruang gizi.
Ia meminta agar dapur rumah sakit segera dibenahi karena “dapur yang bocor bisa mempengaruhi kesehatan pasien.”
Kini, setelah fasilitas baru berdiri, Samaun melangkah lebih jauh. Ia memproyeksikan RSUD Fakfak sebagai pusat Medical Check Up (MCU) bagi perusahaan-perusahaan migas besar.
“Kalau dulu mereka harus ke Ambon atau Sorong, nanti cukup di Fakfak. Rumah sakit kita harus bisa bersaing,” ujarnya.
Potensinya luar biasa: Rp50–100 miliar per tahun bisa mengalir ke daerah, menjadi bahan bakar bagi pembangunan kesehatan yang lebih luas.
Samaun tahu, perjuangan ini belum selesai. Ia menargetkan pembangunan ICU dan UGD baru rampung pada 2026.
“Kesehatan bukan proyek lima tahun, tapi warisan untuk generasi mendatang,” ujarnya lirih namun mantap.
Bupati Samaun Dahlan telah membuktikan bahwa keberpihakan pada rakyat tak perlu diumumkan dengan baliho. Cukup dengan tindakan nyata—dan RSUD Fakfak kini berdiri sebagai monumen kecil dari kerja besar itu.









Komentar