Oleh : Pdt. Sammy Sahulata.
Kabarsulsel-Indonesia.com | Sabtu sunyi, hari yang terhimpit di antara Jumat Agung yang penuh pengorbanan dan Minggu Paskah yang gemilang. Namun, justru dalam keheningan inilah tersembunyi sebuah misteri agung. Sabtu bukan sekadar jeda waktu, melainkan sebuah lorong gelap yang dilalui Sang Mesias.
Tubuh-Nya yang tak bernyawa terbaring dalam dinginnya kubur, seolah kemenangan maut tampak nyata. Akan tetapi, di kedalaman sunyi inilah benih kebangkitan mulai bersemi. Ia turun ke tempat penantian, menjangkau jiwa-jiwa yang merindukan terang, membuka jalan bagi pembebasan yang akan segera merekah.
Kegelapan Sabtu menyimpan paradoks yang mendalam. Di satu sisi, ia adalah gambaran keputusasaan dan kehilangan. Para pengikut Yesus diliputi duka, harapan mereka seolah terkubur bersama jasad Sang Guru.
Namun, di sisi lain, tanpa mereka sadari, Sabtu menjadi saksi bisu dari pekerjaan Allah yang tak terduga. Kuasa ilahi tidak terikat oleh kematian. Justru di saat yang paling kelam, rencana keselamatan terus bergulir. Sabtu adalah penantian penuh harap, sebuah keyakinan tersembunyi bahwa janji tidak akan pernah ingkar.
Maka, Sabtu Paling Agung bukanlah sekedar hari antara. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari narasi Paskah. Ia adalah jembatan emas yang menghubungkan pengorbanan dan kemenangan.
Melalui sunyinya Sabtu, kita diajak merenungkan betapa dahsyatnya kasih Allah yang rela menembus batas maut demi menyelamatkan umat manusia.
Kebangkitan yang terjadi di hari Minggu Paskah bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan buah dari ketaatan dan kerendahan hati Yesus hingga akhir, bahkan hingga ke kedalaman kubur pada hari Sabtu yang agung.
Writter : Saily
Komentar