RSUD Fakfak Cetak Sejarah Baru: Psikotes Perawat Unit Risiko Tinggi dan Penguatan Poli Psikologi Diapresiasi Direktur Rumah Sakit

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Senin, 10 November 2025 – RSUD Fakfak mencatat langkah penting dalam sejarah pelayanan kesehatan di Kabupaten Fakfak.

Untuk pertama kalinya, rumah sakit rujukan ini menggelar psikotes bagi perawat yang bertugas di unit dengan tekanan tertinggi: IGD, ICU, NICU, hingga ruang operasi.

Langkah tersebut menjadi penanda bahwa mutu layanan tidak lagi hanya diukur dari perangkat medis atau prosedur klinis, tetapi juga dari ketahanan psikis tenaga kesehatan yang menjadi penopang sistem layanan.

Direktur RSUD Fakfak, Farid Fauzan Mahubessy, S.Kep., M.A.S.R. menaruh perhatian khusus pada agenda ini. Baginya, psikotes bukan pelengkap, melainkan fondasi yang akan menentukan kualitas pelayanan beberapa tahun ke depan.

“Perawat bukan hanya bekerja dengan alat dan protokol. Mereka bekerja dengan waktu yang mendesak, emosi yang bergolak, dan situasi kritis yang tidak bisa ditebak. Kita perlu memastikan mereka siap secara menyeluruh,” ujarnya.

Psikotes yang dikerjakan oleh tim psikolog RSUD Fakfak ini menjadi tonggak baru. Untuk pertama kali, potensi psikologis, karakter kepribadian, serta ketahanan emosional perawat dipetakan secara sistematis.

Data tersebut akan menjadi kompas dalam penempatan SDM, pengembangan kompetensi, hingga rencana pembinaan jangka panjang.

Pendekatan ini membuat Fakfak menjadi salah satu daerah di Papua Barat yang mulai menata kualitas layanan berbasis aspek kesehatan mental tenaga medis.

Di saat bersamaan, RSUD Fakfak memperkuat Poli Psikologi, unit layanan yang sering dianggap sunyi namun menyimpan dampak besar bagi masyarakat.

Poli ini menangani asesmen, konseling, terapi perilaku, hingga pendampingan pasien kronis. Layanannya dibagi menjadi dua: psikologi anak dan psikologi dewasa.

Tes Psikologi bagi Petugas Nakes di RSUD Fakfak | Foto Istimewah KSI

Dari terapi untuk anak dengan keterlambatan bicara hingga konseling untuk keluarga dan pendampingan pasien stroke, unit ini bekerja di ruang yang selama ini jarang terlihat namun sangat menentukan kualitas hidup banyak pasien.

Penguatan poli psikologi ini menegaskan bahwa RSUD Fakfak tidak bergerak setengah hati. Rumah sakit ingin menjadi tempat yang memahami manusia bukan hanya sebagai tubuh, tetapi juga sebagai makhluk yang merasa, berpikir, dan berjuang mengatasi tekanan hidup.

“Kesehatan mental tidak lagi menjadi tema pinggiran. Ia berada di inti pelayanan kami,” kata Farid.

Langkah ganda RSUD Fakfak ini membuat banyak pihak menaruh perhatian. Di satu sisi, rumah sakit memperkuat benteng psikologis internal lewat psikotes perawat. Di sisi lain, ia membuka pintu lebih luas untuk masyarakat lewat layanan poli psikologi yang lebih terstruktur dan profesional.

Dua gerakan ini membuat arah baru pelayanan kesehatan di Fakfak semakin tampak: layanan yang tidak hanya sigap dalam tindakan, tetapi juga matang dalam pemahaman manusia.

Dengan langkah ini, RSUD Fakfak memasuki era layanan yang lebih manusiawi, lebih ilmiah, dan lebih berani menghadapi tantangan kesehatan masa depan.

Arah kepemimpinan direktur rumah sakit terlihat jelas: memperkuat fondasi dari dalam, sambil memperluas jangkauan pelayanan bagi masyarakat. Hasilnya, rumah sakit ini bukan saja merawat tubuh, tetapi juga menjaga ketahanan mental seluruh ekosistem di dalamnya.

Komentar