Maluku Tenggara, Kabarsulsel-Indonesia.com | Derasnya hujan yang mengguyur Pulau Kei Besar dalam sepekan terakhir memang tak dapat dihindari.
Namun, banjir bandang yang merendam sejumlah kampung diduga bukan semata akibat cuaca ekstrem. Proyek pembangunan jalan oleh PT Evav Bangun Mandiri disebut-sebut sebagai pemicunya.
Adalah Melky Pranata Koedoeboen, pengacara sekaligus tokoh masyarakat Kei Besar, yang mengangkat isu ini ke permukaan. Ia menuding perusahaan tersebut lalai membangun sistem drainase dalam proyek jalan yang mereka kerjakan di berbagai titik di Kei Besar.
“Setiap pembangunan jalan mestinya menyertakan pekerjaan drainase. Tapi yang saya lihat, PT Evav Bangun Mandiri tidak pernah memasukkan itu dalam proyek mereka,” kata Melky saat ditemui Kabarsulsel-Indonesia.com, Senin, 9 Juni 2025.
Menurut dia, tak adanya saluran air menyebabkan limpasan air hujan menggenangi permukiman warga. Ia menunjukkan kondisi jalan di Desa Ohoirenan yang rusak berat setelah banjir menerjang.
“Jalan itu hancur. Padahal belum lama dibangun,” ujarnya.
Selain soal teknis pengerjaan, Melky mencurigai adanya kejanggalan pada dokumen lingkungan yang digunakan perusahaan.
Ia menyebut dokumen itu ilegal dan telah menyiapkan laporan ke sejumlah instansi, termasuk pemerintah daerah dan aparat penegak hukum.
“Kalau perlu, izin usaha PT Evav Bangun Mandiri dicabut,” katanya.
Melky bahkan menduga ada permainan antara kontraktor dan institusi pengawas.
“Jangan-jangan ada kongkalikong dengan Inspektorat atau BPK. Kok bisa proyek tanpa drainase bisa lolos audit?” ujarnya.
Kabarsulsel-Indonesia.com telah berupaya menghubungi pihak PT Evav Bangun Mandiri untuk dimintai tanggapan, namun hingga laporan ini diterbitkan, belum ada respons.
Sejumlah warga di Kei Besar membenarkan bahwa proyek jalan di kampung mereka minim perencanaan. Seorang warga Desa Ohoirenan, yang enggan disebut namanya, mengatakan saluran air di sekitar jalan tak berfungsi.
“Begitu hujan deras, air langsung masuk ke rumah. Tidak ada tempat mengalir,” ujarnya.
Banjir yang melanda Kei Besar menyebabkan puluhan rumah terendam dan akses transportasi antarkampung lumpuh. Pemerintah daerah hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi soal penyebab bencana.
Melky meminta agar pemerintah bertindak cepat.
“Kami tak menolak pembangunan. Tapi jangan jadikan kampung kami korban proyek asal jadi,” ucapnya.









Komentar