Jakarta, Kabarsulsel-Indonesia.com; Diskusi Ordo Spiritualitas di Perpustakaan Nasional, Jakarta, 27 Januari 2023 yang diselenggarakan GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) berjalan sukses. Berbagai elemen ambil bagian dalam membedah fungsi spiritualitas bagi waraga bangsa dan negara untuk membangun etika, moral dan akhlak mulia manusia.
Medan magnetik sebagai kekuatan bathin dan jiwa hingga mampu mengetahui sesuatu hal yang belum terjadi, bukan sesuatu yang mustahil. Begitulah gelombang bathin dan jiwa setiap manusia yang memiliki gelombang selpiritual yang terlatoh dan terasah. Katena itu kadar kekuatannya yang membedakan antara yang satu dengan orang lain.
Dr. Agus Supriana, sebagai moderator menerasikan pokok-pokok pikiran hal ikhwal spiritual serta fungsi dan peranannya dalam membangun bangsa dan meneguhkan tujuan mulia negara untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita kemerdekaan.
Api jiwa Garuda berhati putih yang dikemukan Sri Eko Sriyanto Galgendu menjadi tawaran bagi segenap orang khususnya peserta diskusi menemukan cahaya dan api di dalam diri, maka kekuatan bathin itu akan mampu didayagunakan untuk kesempurnaan hidup menyongsong masa depan yang lebih baik.
Kegamangan para ilmuwan hari ini berada dalam cengkraman materialime, kapitalisme maupun Neo liberal. Karenanya spiritual menjadi pilihan alternatif terbaik untuk menjawab berbagai masalah yang kusut Masai dan terkesan keblinger akibat ulah pemikiran manusia yang telah berada pada puncaknya, sehingga berbalik menimbulkan bencana serta daya penghancur terhadap tata nilai kehidupan manusia.
Acara diskusi yang diselenggarak untuk sekaligus menemukan sahabat dan kerabat dalam upaya GMRI membangkitkan kesadaran dan pemahaman spiritual, agar gelombang gerakan kebangkitan spiritual dapat secara regional, nasional maupun internasional berkembang. Karena itu, program safari GMRI ke berbagai kampus perguruan tinggi maupun kantong-kantong budaya atau paguyuban yang ada dalam masyarakat dapat mendorong percepatan membumikan spiritualitas.
Karena itu jiwa Garuda berhati putih, sebagai simbolika dari kebangkitan spiritual dapat dijadikan acuan sekaligus pemandu hidup maupun kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.
Oleh karenanya, pemimpin yang sejati bisa segera muncul dengan sendirinya atas pilihan rakyat. Jadi pemimpin itu tidak dari orang yang minta dipilih, tetapi muncul dengan sendirinya atas dorongan dan pilihan rakyat.
Pertanyaan Bambang Suroso tidak yakin spiritual dapat diterima oleh kalangan mahasiswa, karena mahasiswa sekarang telah memiliki keasyikan sendiri.
Wardi Jin, justru menawarkan konsep filsafat Pancasila versi Tripalak. polisi aktif omi justru memapar konsep filsafat Pancasila versi Tripalak. Sementara Romo Sunardjo ikut menerangkan perbedaan antara spiritual dengan religius. Meski antara keduanya bisa menyatu dalam diri seseorang, tandasnya.
Sedangkan imam Ma’arif merasa perlu mendapat penjelasan rinci tentang spiritual, lalu cara menerapkan praktek berbangsa dan bernegara. Pada sosok lain, dia melihat ada kecenderungan agama di Indonesia hendak disingkirkan dari kehidupan.
Realitasnya kondisi obyektif di negeri kita banyak orang kaya, tapi banyak juga orang miskin yang diabaikan, tidak ada kepedulian, termasuk dari pemerintah. Lalu dimana posisi spiritual dapat hadir di tengah masyarakat yang kondisinya seperti itu.
Kegaduhan yang terjadi sekarang menurut Urip karena akibat dari pertarungan akal manusia. Seperti Nabi Adam memakan buah kuldi, itu karena akalnya ingin mencari yang enak. Maka itu, kegaduhan yang terjadi karena akal-akalan manusia.
Sebagai praktisi yang menjadi dosen, kata Urip, justru mengaku jmenemukan juga cara akal-akalan di lingkungan kampus. Meski falam tatanan budaya kita, buhnya masih ada sisa sikap dan sifat spiritual dari warisan pers leluhur.
Tawaran dari peserta lainnya mengenai managemen genitika — sakinah, mawaddah dan warahmah harus di aplikasikan. Jadi itu semua, katanya sama dengan bibit, bobot dan bebet. Karena itu perlu pembenahan dari awal hingga akhir sepanjang jaman lewat spiritual.
Dalam kesimpulannya Sri Eko Sriyanto Galgendu mengingatkan bahwa Suku bangsa Nusantara sesungguhnya adalah bangsa yang memiliki spiritual tinggi. Karena itu spiritualitas yang pernah menghantar kejayaan bangsa Nusantara pada abad ke tujuh mampu mensejahterakan masyarakat. Sebab pada masa Majapahit, upah untuk pekerja bisa sebesar 150 kg beras per hari, nilainya setara dengan Rp 37.5 perbulan, tandas Sri Eko Sriyanto Galgendu.
(JE : Jakarta, 27 Januari 2023)
Komentar