Piala Raja Rat Waer Ohoitel 2025: Napak Tilas Keteladanan dan Api Muda Banda Ely

Maluku Tenggara, Kabarsulsel-Indonesia.com | Di kaki bukit Kei Besar Utara Timur, gema semangat dan jejak keteladanan kembali disuarakan lewat ajang tahunan bertajuk Piala Raja Rat Waer Ohoitel.

Turnamen futsal yang digelar menyambut Hari Kemerdekaan ke-80 RI ini, tak sekadar menyuguhkan adu strategi dan fisik di lapangan, melainkan menjadi ruang kolektif untuk merawat ingatan, menumbuhkan harapan, dan mempererat solidaritas antar generasi.

Dua nama besar di Banda Ely dikenang dalam turnamen ini: almarhum Haji Langgawar Latar, sang pengayom pemuda, dan almarhum Ajamudin Kubangun, tokoh pemersatu kampung.

Keduanya bukan hanya meninggalkan nama, tetapi juga warisan nilai yang masih terasa hangat hingga kini—tentang pentingnya mendengar suara anak muda dan merawat semangat gotong royong.

Tahun lalu, saat usia republik menginjak 79 tahun, almarhum Haji Langgawar tampil di antara sorak-sorai anak-anak sekolah dasar yang bertanding futsal. Ia tidak sekadar hadir, tapi menjadi komentator penuh canda yang membuat suasana lebih akrab. Sosok ayah bagi pemuda dan anak-anak kampung.

Sementara Ajamudin Kubangun dikenang sebagai “dinamo sosial”, sosok yang menggerakkan kebersamaan dan kekompakan warga. Di tengah segala keterbatasan, ia percaya bahwa kemajuan hanya mungkin tercipta jika seluruh elemen kampung bergerak dalam satu tarikan nafas: gotong royong.

Tahun ini, turnamen terasa lebih istimewa. Pangeran Banda Ely, Iwan Alimidin Latar, turun tangan langsung. Ia menyerahkan Piala Raja kepada panitia, sebagai simbol keberlanjutan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendahulu.

“Piala ini bukan sekadar trofi, ini adalah pengingat bahwa masa depan Banda Ely ada di tangan generasi muda yang mencintai persatuan,” ujarnya.

Di balik layar, sosok Penjabat Kepala Desa Banda Ely, Sindang Salamun, menjadi motor penggerak. Ia menggandeng pemuda dengan pendekatan kolaboratif. Bagi Sindang, energi anak muda adalah bahan bakar utama pembangunan desa. Ia percaya, selama pemuda bergerak, desa tidak akan pernah kehabisan nyala.

“Pemuda Banda Ely tidak pernah kehabisan energi. Setiap kali mereka bergerak, kami ikut bergerak. Inilah kekuatan yang harus terus kita jaga bersama,” ucapnya lugas.

Dengan semangat kebersamaan antara pemuda, pemerintah desa, dan para tokoh masyarakat, Piala Raja Rat Waer Ohoitel menjelma bukan sekadar turnamen.

Ia menjadi panggung kolektif untuk merawat identitas, menyulam persatuan, dan menyulut api perubahan dari kampung—sebuah panggung kecil dengan semangat besar.

Komentar