Pala Tomandin Terancam Iklim Ekstrem, Disbun dan BMKG Fakfak Turun Tangan

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Hujan makin deras, musim tanam bergeser, hama menyerang tanpa aba-aba. Itulah kenyataan baru yang kini dihadapi pekebun pala Tomandin di Fakfak. Bukan sekadar cuaca buruk, melainkan dampak nyata dari perubahan iklim.

Menyadari ancaman itu, Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak berkolaborasi dengan BMKG Fakfak menggelar sosialisasi bertema “Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas Pala Tomandin”, Selasa (3/9), di Ruang Tomandin, Kantor Disbun Fakfak.

Acara tersebut menghadirkan pemerintah daerah, praktisi, dan pekebun dalam satu forum. Mewakili Bupati Fakfak, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Fakfak, Aroby Hindom, S.Sos., M.Si., menegaskan pentingnya langkah adaptasi.

“Pala bukan hanya komoditas unggulan. Ia adalah identitas Fakfak, warisan budaya, sekaligus penopang utama kehidupan masyarakat. Tetapi, perubahan iklim kini mengguncang fondasi itu,” ujarnya.

Plt Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST., MT., menambahkan bahwa ini adalah pertama kalinya sosialisasi khusus pala dan iklim digelar.

“Pekebun sudah merasakan panen yang menurun dan cuaca tak menentu. Namun banyak yang belum sadar bahwa semua itu berakar dari perubahan iklim. Karena itu, kita mulai hari ini dengan kesadaran bersama,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala BMKG Fakfak, Ricky Roger Holle, menampilkan data yang membuat peserta terdiam. Tren curah hujan yang semakin ekstrem, suhu meningkat, dan serangan organisme pengganggu tanaman makin sulit dikendalikan.

“Kita tidak bisa lagi bertani dengan cara lama. Kalau tidak beradaptasi, kita akan kalah,” ujarnya.

Ricky menjelaskan, adaptasi harus dilakukan dari berbagai sisi. Mulai pemilihan varietas pala yang tahan perubahan iklim, modifikasi pola tanam, hingga diversifikasi usaha perkebunan.

“Ilmu pengetahuan memberi arah. Tapi pekebun adalah garda terdepan yang menentukan masa depan pala Tomandin,” tambahnya.

Acara sehari penuh itu ditutup dengan kesepakatan penting: penyusunan Kalender Tanam dan Kalender Panen berbasis data iklim. Kalender ini bukan sekadar catatan tanggal, melainkan panduan hidup bagi pekebun dan instrumen presisi bagi pemerintah dalam memberikan bantuan, bibit, hingga pelatihan.

Di penghujung acara, Widhi Asmoro menegaskan komitmen bersama.

“Perubahan iklim bukan ancaman masa depan, ia sudah ada di depan mata. Tetapi dengan ilmu, strategi, dan kebersamaan, Fakfak tidak boleh kalah,” ucapnya.

Kolaborasi Disbun dan BMKG Fakfak ini menjadi pesan kuat bagi dunia: Pala Tomandin bukan hanya warisan sejarah, melainkan simbol ketangguhan masyarakat Fakfak menghadapi iklim yang kian tak menentu.

Komentar