Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Aroma rempah dari tanah Papua menguar hingga ke Tiongkok. Adalah Chang Tje, seorang pembeli internasional asal Negeri Tirai Bambu, yang memilih terbang langsung ke Kabupaten Fakfak, Papua Barat, untuk satu tujuan: melihat dari dekat produktivitas dan kualitas Pala Tomandin yang tersohor.
Kedatangannya tak seperti kunjungan biasa. Dinas Perkebunan Fakfak turun tangan memfasilitasi. Chang tak hanya duduk di ruang rapat, ia menyusuri kebun-kebun pala di berbagai titik, menyentuh langsung tanah dan buah pala, serta berdialog dengan para pekebun.
“Kami ingin melihat sendiri, bukan hanya membaca laporan,” kata Chang, ketika bertemu Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST., MT.
Menurut Chang, Pala Tomandin memiliki daya saing tinggi di pasar Tiongkok. Namun ada satu syarat mutlak: mutu tak boleh tergadai.
“Saya menemukan di beberapa wilayah, pala dicampur. Ini praktik buruk. Harga anjlok, reputasi rusak,” ujarnya, lugas.
Ia menekankan pentingnya pasca panen yang dikelola serius. Pembersihan, pengeringan, hingga penyortiran mesti dijalankan sesuai standar ekspor.
“Pemerintah harus ambil peran. Tanpa dukungan fasilitasi, petani akan tetap berada di titik lemah dalam rantai perdagangan.”
Ketertarikan Chang bukan main-main. Ia bahkan membuka peluang investasi, bukan hanya sebagai pembeli, melainkan membangun pabrik pengolahan pala di Fakfak.
“Kami ingin kembali ke sini, tidak hanya membeli. Kami ingin menanamkan investasi. Dari sinilah pala bisa menembus pasar dunia,” ungkapnya.
Pemerintah daerah menyambut sinyal ini dengan antusias. Bagi Plt. Kadis Perkebunan Fakfak, investasi bukan hanya tentang kapital asing, melainkan juga soal keadilan bagi petani lokal.
“Kami ingin buyer bertemu langsung dengan pekebun. Pemerintah hanya sebagai jembatan. Tapi dari pertemuan itu, harus lahir harga yang layak, sistem yang sehat, dan semangat untuk mengangkat ekonomi lokal,” kata Widhi.
Ia tak menampik harapan jangka panjang: hadirnya pabrik pengolahan pala di Fakfak akan mengubah wajah daerah. Nilai tambah tak lagi pergi ke kota besar atau negara lain.
“Bayangkan kalau pala kita diproses di sini, minyaknya dikemas di sini, dan masyarakat yang bekerja di dalamnya. Itu artinya, Fakfak bangkit bukan karena dieksploitasi, tapi karena mengelola dengan kedaulatan.”
Kini, bola ada di tangan semua pihak: petani, pemerintah, dan calon investor. Satu hal yang pasti, aroma Pala Tomandin telah sampai ke negeri jauh. Tinggal bagaimana Fakfak menjaganya tetap harum.
Komentar