Opini: Memotret Peran Guru Wali dan Wali Kelas pada Penerapan Kurikulum 2025 di SMA

OPINI404 views

Oleh : Golkarianus Ubra,S.Pd (Guru SMANegeri 1 Tual)

Kabarsulsel-Indonesia.com | Pendidikan merupakan pondasi utama dalam membentuk generasi penerus bangsa. Seiring perkembangan zaman, tantangan dunia pendidikan juga semakin kompleks. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terus berupaya menyusun kurikulum yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21.

Salah satu langkah konkret yang kini tengah disiapkan adalah Kurikulum 2025 berbasis deep learning. Kurikulum ini menekankan pentingnya pembelajaran mendalam, berorientasi pada penguatan karakter, literasi digital, serta pengembangan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.

Dalam konteks SMA, keberhasilan penerapan kurikulum ini tidak hanya ditentukan oleh peran guru mata pelajaran, tetapi juga oleh figur penting lainnya: guru wali dan wali kelas. Keduanya memiliki fungsi strategis sebagai pendamping, pengarah, sekaligus jembatan komunikasi antara siswa, guru, sekolah, dan orang tua. Memotret peran guru wali dan wali kelas dalam implementasi Kurikulum 2025 memberikan gambaran jelas bahwa transformasi pendidikan tidak mungkin berjalan optimal tanpa peran ganda mereka.

Guru Wali: Pendamping Akademik dan Personal

Guru wali memiliki peran krusial dalam mendampingi perjalanan belajar siswa. Dalam Kurikulum 2025, siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam merancang peta belajar personal sesuai minat, bakat, dan tujuan masa depan. Guru wali hadir sebagai mentor yang membimbing siswa agar tidak hanya mengejar capaian akademik, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai kehidupan.

Tugas guru wali tidak lagi sebatas memantau rapor akademik, melainkan juga mendampingi siswa dalam menghadapi tantangan psikososial. Misalnya, ketika seorang siswa mengalami kesulitan memahami konsep sains, guru wali dapat membantu merancang strategi belajar yang sesuai dengan gaya belajar anak tersebut. Lebih jauh lagi, guru wali berperan dalam membantu siswa menghadapi masalah personal seperti motivasi belajar, pengelolaan waktu, hingga konflik pertemanan.

Dalam era digital, guru wali juga dituntut untuk mengarahkan siswa pada literasi teknologi. Mereka perlu membimbing agar siswa dapat memanfaatkan teknologi secara positif, menghindari hoaks, serta menjaga etika dalam bermedia sosial. Dengan kata lain, guru wali adalah mentor akademik sekaligus pembina karakter yang membentuk siswa menjadi pribadi utuh: cerdas, bijaksana, dan berakhlak mulia.

Wali Kelas: Pengelola, Penghubung, dan Pengarah

Berbeda dengan guru wali, wali kelas lebih menitikberatkan pada pengelolaan kelas. Ia berperan sebagai figur sentral yang memastikan dinamika sosial dalam kelas berjalan harmonis. Pada penerapan Kurikulum 2025, peran wali kelas semakin strategis karena pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi menuntut iklim kelas yang kondusif, inklusif, dan menghargai keberagaman.

Wali kelas juga memiliki peran administratif, mulai dari pendataan siswa, pencatatan kehadiran, hingga koordinasi dengan orang tua. Namun, lebih dari sekadar administratif, wali kelas juga menjadi jembatan komunikasi antara sekolah dan orang tua. Misalnya, ketika seorang siswa mengalami penurunan motivasi belajar, wali kelaslah yang pertama kali melakukan pendekatan personal dan menyampaikan temuan tersebut kepada orang tua, agar dapat bersama-sama mencari solusi terbaik.

Dalam Kurikulum 2025 yang memanfaatkan platform digital, wali kelas dituntut mampu mengolah data perkembangan siswa, baik akademik maupun non-akademik. Data tersebut dapat digunakan untuk memberikan umpan balik yang lebih tepat, serta membantu siswa mengenali kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian, wali kelas berperan penting sebagai pengarah sekaligus manajer informasi perkembangan siswa.

Sinergi Guru Wali dan Wali Kelas

Meskipun keduanya memiliki fungsi berbeda, guru wali dan wali kelas seharusnya membangun sinergi yang kuat. Guru wali lebih menekankan pada aspek pendampingan akademik dan personal, sedangkan wali kelas lebih fokus pada pengelolaan kelas dan komunikasi eksternal.

Sinergi ini menjadi semakin penting dalam penerapan Kurikulum 2025. Misalnya, dalam proyek lintas mata pelajaran, guru wali dapat membantu siswa menemukan minat dan perannya, sementara wali kelas memastikan kolaborasi dalam kelas berjalan baik. Keduanya dapat saling melengkapi dalam menciptakan iklim belajar yang bukan hanya produktif, tetapi juga menyenangkan.

Dengan sinergi yang baik, guru wali dan wali kelas mampu memastikan bahwa siswa tidak hanya mencapai target pembelajaran, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang mendalam dan bermakna.

Tantangan dalam Peran Guru Wali dan Wali Kelas

Tentu saja, peran yang besar ini tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya adalah:

Beban Administrasi

Guru wali dan wali kelas seringkali terbebani oleh pekerjaan administratif yang menguras energi, sehingga berpotensi mengurangi fokus pada pendampingan personal siswa.

Keterbatasan Kompetensi Digital

Tidak semua guru siap memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran maupun administrasi kelas. Padahal, Kurikulum 2025 menekankan pentingnya pemanfaatan data digital.

Pendampingan Psikososial

Tantangan siswa di era digital bukan hanya akademik, melainkan juga masalah kesehatan mental, perundungan, dan kecanduan gawai. Guru wali dan wali kelas dituntut memiliki keterampilan konseling dasar untuk menghadapi situasi ini.

Keterbatasan Waktu

Dengan jumlah siswa yang banyak di setiap kelas SMA, pendampingan personal menjadi tantangan tersendiri. Dibutuhkan strategi efektif agar semua siswa tetap mendapatkan perhatian yang cukup.

Harapan ke Depan

Meski tantangan besar, peran guru wali dan wali kelas dalam Kurikulum 2025 menyimpan harapan yang cerah. Dengan adanya pelatihan berkelanjutan, dukungan kebijakan sekolah, serta pemanfaatan teknologi, guru wali dan wali kelas dapat menjalankan perannya secara optimal.

Harapannya, guru wali dan wali kelas tidak lagi dipandang hanya sebagai pelengkap administrasi sekolah, tetapi sebagai garda depan transformasi pendidikan. Mereka adalah figur yang memastikan setiap siswa memiliki arah belajar yang jelas, mendapat dukungan emosional yang memadai, serta tumbuh dalam lingkungan belajar yang sehat.

Dalam jangka panjang, jika peran ini dijalankan dengan baik, maka Kurikulum 2025 tidak hanya akan melahirkan lulusan yang cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter, mandiri, dan siap menghadapi tantangan global.

Penutup

Memotret peran guru wali dan wali kelas pada penerapan Kurikulum 2025 di SMA menunjukkan betapa pentingnya keberadaan mereka dalam sistem pendidikan. Guru wali hadir sebagai mentor akademik dan personal, sementara wali kelas menjadi pengelola sekaligus penghubung antara sekolah, siswa, dan orang tua.

Meskipun terdapat berbagai tantangan, sinergi keduanya mampu menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Dengan dukungan penuh dari sekolah dan pemerintah, guru wali dan wali kelas akan menjadi figur sentral yang memastikan keberhasilan Kurikulum 2025 dalam membentuk generasi emas Indonesia: cerdas, berkarakter, dan berdaya saing global.

Komentar