Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Ketua Majelis Rakyat Papua Barat (MRPB), Judson Ferdinandus Waprak, menyampaikan pesan penting tentang toleransi dan harmoni antarumat beragama di Tanah Papua.
Pesan ini disampaikan dalam acara penutupan Seminar Nasional Sejarah Masuknya Agama Islam di Tanah Papua yang digelar pada Sabtu (11/01) di Gedung Winder Tuare, Kabupaten Fakfak.
Dalam sambutannya, Waprak menekankan bahwa sejarah masuknya agama Islam di Papua bukan hanya menjadi bagian dari perjalanan spiritual umat Muslim, tetapi juga menjadi simbol kerukunan dan penghormatan antaragama yang telah terjalin di Tanah Papua.
“Kita harus mengingat, merawat, dan menghormati sejarah ini. Toleransi antarumat beragama di Papua adalah warisan yang harus terus dijaga oleh kita semua, termasuk oleh generasi mendatang,” ujar Waprak.
Ia juga menyinggung pentingnya kebersamaan masyarakat Papua dalam menjaga keharmonisan di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya. Menurutnya, nilai-nilai toleransi yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Papua Barat harus terus diwariskan.
“Tanah Papua adalah rumah bagi semua. Melalui sejarah agama ini, kita dapat mengingat bahwa kedamaian dan kerukunan adalah tanggung jawab bersama, demi masa depan generasi Papua,” lanjutnya.
Acara seminar ini menjadi momen refleksi bagi masyarakat Papua, khususnya umat Islam, untuk memahami bagaimana nilai-nilai agama dapat menjadi perekat persatuan di tengah keberagaman.
Ketua MRPB juga mengajak semua pihak untuk terus mendukung langkah-langkah harmonisasi antarumat beragama di Tanah Papua.
Seminar nasional ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, adat, dan masyarakat dari seluruh penjuru Papua Barat.
Selain membahas sejarah masuknya Islam, seminar ini juga membahas peran umat beragama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas sosial di Papua.
“Kita semua adalah bagian dari sejarah ini. Mari kita jadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk terus membangun Papua yang damai dan harmonis,” tutup Waprak.
Komentar