Menuju 2024 “Rahakbauw Ingatkan Wartawan Tentang Pedoman Pemberitaan Isu Keberagaman”

Malra, Kabarsulsel-Indonesia.com;  Menuju  Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada 2024 nanti, Wartawan dalam penulisannya harus dapat memahami Tentang Pedoman Pemberitaan Isu Keberagaman.

Hal tersebut disampaikan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Maluku Tenggara, Agustinus Buce Rahakbauw (Obama), di Sekretariat PWI setempat Jumat, (31/3/2023).

“Guna menghindari terjadinya Politik Identitas dalam hal keberagaman. Sehingga peran wartawan sanggatlah penting. apalagi saat memberikan informasi kepada masyarakat melalui pemberitaan,” ujar Rahakbauw.

Dikatakan Rahakbauw, terkait dengan hal tersebut. Dewan Pers telah mengeluarkan peraturan tentang pedoman pemberitaan isu keberagaman, di akhir tahun 2022 kemarin.

Pedoman itu kata Rahakbauw menjelaskan, diluncurkan untuk mencegah menguatnya politik Identitas di media massa menjelang pemilu 2024.

“Pedoman yang baru saja diluncurkan dewan pers itu mengacu pada Pasal 6 (b) undang-undang nomor 40 tahun 1999, tentang pers,” jelasnya.

“Yang isinya, pers menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan HAM serta menghormati kebinekaan. Secara lebih jelas hal itu diatur dalam Pasal 8 Kode Etik Jurnalistik (KEJ),” sambungnya.

Menurutnya, politik Identitas adalah strategi politik yang memfokuskan pada pembedaan dan pemanfaatan ikatan primordialisme sebagai kategori utamanya.

Lanjutnya Politik Identitas, dapat memunculkan toleransi dan kebebasan, akan tetapi di sisi lain, juga bisa munculkan  pola-pola intoleransi, kekerasan verbal-fisik, dan pertentangan etnik dalam kehidupan.

“Sehingga berdasarkan pedoman itu, wartawan bisa meredam isu politik Identitas menjelang pemilu 2024,” harapnya.

Mengakhiri pembicaraannya Rahakbauw juga menekankan, Politik Identitas dengan menggunakan isu keberagaman akan menjadi ranjau bagi Demokrasi Negara, ketika digunakan oleh Pemimpin yang tidak cakap.

“Isu Keberagaman juga dapat merusak tatanan hidup dan Budaya masyarakat pada daerah ini, yang sudah terbentuk semenjak dahulu. Dalam filosofi Suku Kei disebut, “Ain ni Ain” serta, “Manut Anmehe Tilur, Fuut  Anmehe Ngifun,”  tutup Rahakbauw.

Komentar