Langgur, KabarSulsel-Indonesia.com | Deretan kursi dalam Gedung Gereja Elim, Jemaat GPM Ohoidertawun, Kabupaten Maluku Tenggara, perlahan terisi. Jumat pagi, 1 Agustus 2025, bukan ibadah biasa yang berlangsung di sana.
Tak hanya doa dan nyanyian pujian yang mengalun, namun juga semangat menyatukan kekuatan para profesional dari berbagai sektor yang menjadi bagian dari tubuh gereja.
Ibadah Profesi ini bukan sekadar seremoni. Ia adalah ruang temu, wadah refleksi, dan tonggak awal untuk menggalang potensi sumber daya manusia yang selama ini tersembunyi di balik kesibukan masing-masing anggota jemaat yang bergelut dalam dunia profesional.
Mereka yang hadir dikenal sebagai Warga Gereja Profesi (WGP). Bukan sekadar sebutan, WGP adalah identitas yang melekat pada mereka yang menjalani profesi yang menuntut keahlian, pelatihan, sertifikasi, bahkan kode etik—mulai dari dokter, guru, dosen, perawat, notaris, hingga anggota TNI-Polri.
“Mereka punya potensi besar, namun selama ini belum digerakkan secara kolektif dalam bingkai pelayanan gereja,” ujar salah satu penatua jemaat kepada KabarSulsel-Indonesia.
Memang, potensi WGP tak bisa dipandang sebelah mata. Secara kuantitas, mereka adalah kelompok yang cukup signifikan dalam struktur jemaat. Secara kualitas, mereka memiliki pengetahuan, jaringan, dan pengalaman yang bisa menjadi daya ungkit bagi pengembangan pelayanan gereja dan pemberdayaan umat.
Namun, diakui pula, selama ini belum ada upaya serius untuk merangkul dan mengorkestrasi kekuatan mereka. Ibadah Profesi ini menjadi langkah awal untuk menyatukan persepsi, menggugah kesadaran kolektif, sekaligus merumuskan kontribusi nyata yang bisa diberikan berdasarkan bidang masing-masing.
“Gereja bukan hanya tempat beribadah, tapi juga tempat pemberdayaan. Dan pemberdayaan itu harus berakar pada kekuatan nyata yang dimiliki jemaatnya sendiri,” lanjutnya.
Ibadah ini juga menjadi forum spiritual yang mengingatkan bahwa profesi bukan hanya pekerjaan, melainkan panggilan pelayanan di tengah masyarakat. Mereka yang bekerja di sektor hukum, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan lainnya—didorong untuk menghadirkan nilai-nilai Kristiani dalam setiap laku profesinya.
Ke depan, Jemaat GPM Ohoidertawun berharap ada gerakan sistematis yang menjadikan WGP sebagai mitra strategis dalam pelayanan gereja: dari edukasi jemaat, pelayanan sosial, hingga advokasi kebijakan yang berpihak pada keadilan dan kesejahteraan.
Ibadah Profesi ini barangkali hanya satu langkah kecil. Tapi dari sinilah, langkah-langkah besar bisa dimulai. Gereja, akhirnya, tak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga ruang kolaborasi antarprofesi demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan umat.









Komentar