Mengalirkan Harapan, Mengakhiri Kekeringan: Ultimatum Bupati Samaun di Balik Pelantikan PDAM Fakfak

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Pelantikan biasanya berlangsung datar, penuh formalitas dan pidato seremonial. Namun tidak dengan yang satu ini. Senin pagi, 16 Juni 2025, di Ruang Rapat Lantai III Kantor Bupati Fakfak, suasana berubah menjadi ruang evaluasi terbuka.

Bupati Fakfak, Samaun Dahlan, S.Sos., M.AP., melantik Irwan sebagai Direktur dan Erik Nimbitkendik sebagai Dewan Pengawas PDAM Tirta Pala Fakfak. Namun yang menyita perhatian bukanlah prosesi sumpah jabatan, melainkan ultimatum tajam yang keluar dari mulut kepala daerah.

“Saya kasih waktu enam bulan. Kalau air masih tidak mengalir setiap hari, siap-siap kita evaluasi,” ujarnya, lugas.

Pernyataan itu sontak menyentak hadirin. Samaun tak sedang berbasa-basi. Ia menggambarkan kondisi riil di lapangan: warga Fakfak yang harus menanti hingga delapan hari hanya untuk mendapatkan setetes air bersih.

“Air itu bukan kemewahan. Itu kebutuhan paling dasar. Dan kalau itu saja kita tak bisa jamin, lantas apa arti kehadiran negara di tengah rakyat?” kata Samaun, suaranya mengeras.

Menjemput Harapan dari Keruhnya Air

Dalam arahannya, Samaun menyinggung langsung soal kualitas air. Di beberapa wilayah seperti Kokas, air yang sampai ke rumah warga masih berwarna keruh kekuningan.

“Ini air atau lumpur? Kalau seperti ini terus, bukan cuma pelayanan yang gagal, tapi juga mencoreng wajah pemerintah sendiri.”

Ia memerintahkan jajaran PDAM yang baru untuk segera menyusun kajian teknis komprehensif.

“Jangan asal tebak. Petakan masalah dari hulu ke hilir. Kalau perlu, rekrut ahli. Tapi hasilkan solusi konkret, bukan laporan indah di atas kertas,” katanya.

Dari Prestasi Masa Lalu, Menuju Target Masa Kini

Bupati Samaun juga menyentil masa lalu saat dirinya menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum. Ketika itu, kata dia, kerja sama dengan Direktur PDAM lama membuahkan hasil nyata. Air bisa mengalir dua hari sekali dan omzet perusahaan daerah ini menyentuh angka Rp3 miliar.

“Kita pernah bisa, jadi tidak ada alasan sekarang tidak bisa. Bedanya, target saya sekarang: air harus mengalir setiap hari.”

Menyatukan PDAM, Menghapus Sekat

Selain menyasar aspek teknis, Samaun juga menggarisbawahi pentingnya soliditas internal. Ia menolak adanya “kelompok-kelompok kecil” atau friksi politik dalam tubuh PDAM. Baginya, ini bukan arena kontestasi, tapi ruang pengabdian.

“Pak Direktur, rangkul semua. Tak ada lagi politik-politikan. Pilkada sudah lewat. Sekarang waktunya kerja. Kita layani masyarakat, bukan ego kelompok.”

Untuk memastikan kontrol distribusi, ia bahkan mengusulkan agar setiap bak penampungan air diawasi petugas secara bergiliran selama 24 jam penuh. Air bersih, kata Samaun, bukan sekadar komoditas, tapi amanah.

Menutup Retorika, Membuka Aksi

Dalam penutupnya, Bupati Samaun tak hanya meletakkan beban di pundak direktur baru, tetapi juga menyuntikkan semangat. Ia ingin menghentikan keluhan tahunan soal air yang tak kunjung mengalir dari masa ke masa.

“Kalimat: ‘Dari bupati ke bupati, air tetap tak mengalir’ harus kita kubur. Kita akhiri dari mulut rakyat. Buktikan bahwa kita bisa. Sekarang atau tidak sama sekali,” tegasnya, penuh determinasi.

Pelantikan ini, yang semula hanya menjadi agenda birokrasi rutin, berubah menjadi deklarasi sikap pemerintah daerah: cukup sudah janji-janji kosong, kini saatnya PDAM bukan hanya menyalurkan air, tapi juga menyalurkan harapan baru bagi masyarakat Fakfak.

Komentar