TANIMBAR, Kabarsulsel-indonesia.com – Masyarakat Desa Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan (TanSel), Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KepTan) kabarnya mulai mewaspadai transaksi serta jual beli lahan, yang hanya berdampak pada kerugian warga.
Belakangan, mereka berpendapat jika harta berupa tanah yang bakal dijual, perlu disepakati dengan harga yang jelas, berikut pelunasannya.
Salah satu tokoh pemuda Lauran Yoseph Ngorantutul kepada media ini mengatakan masyarakat setempat mulai menyadari pentingnya kejelasan transaksi berikut pelunasan, sebelum tanah tersebut dimanfaatkan pihak pembeli.
“Berkaca dari pengalaman, jika selama ini tanah dapat diperoleh dengan cara yang mudah, apalagi dengan menyebutkan instansi tertentu (Pemda) dalam hal ini. Selain tanah diperoleh dengan mudah karena harganya yang sangat rendah, tetapi juga lamban dilunasi. Kadang tanah tersebut sudah dikelola dan dimanfaatkan lantas lupa harganya. Saat diminta, ada saja alasan. Ini kondisi yang selama ini meresahkan warga, khususnya warga desa Lauran, sehingga jangan salah, kalau masyarakat sudah mulai mewaspadai transaksi-transaksi tak jelas, yang imbasnya hanya merugikan warga. “Uang Di Tangan, Kaki Di Perahu” jadi silahkan pakai, silahkan manfaatkan, kalau sudah ada pelunasan sesuai transaksi kedua belah pihak. Jangan asal pakai, tapi lupa.” Kata Ngorantutul.
Karena itu sudah seharusnya pengalaman buruk yang terjadi selama ini tidak lagi terulang, yang imbasnya hanya menyengsarakan masyarakat kecil.
Dia mencontohkan, tanah di sepanjang jalan poros (jalpor) Lauran yang telah dimanfaatkan 23 tahun silam namun hingga saat ini belum juga dilunasi, meninggalkan trauma yang cukup besar dimasyarakat, sehingga rencana pembangunan stadion dan pembangunan sekretariat MTQ pada lahan yang sudah direncanakan harus dipikirkan matang, jauh hari sebelumnya, karena masyarakat Lauran tak bakal menyerahkan tanah atau lahan tersebut tanpa realisasi yang jelas.
“Jangan hanya dengan modal bicara. Datang, kita bicarakan dan realisasikan, sehingga tidak memunculkan persoalan baru.” Tegas Ngorantutul.
Dia berharap, untuk urusan lahan, tak perlu dilakukan melalui urusan berbelit, namun hasilnya hanya meninggalkan sakit dan trauma berkepanjangan.
(Saily)
Komentar