Lambaian Dayung di Sathean: Bupati Maluku Tenggara Hidupkan Semangat Kemerdekaan dan Wisata Maritim

LANGGUR, Kabarsulsel-Indonesia.com | Deru genderang dan sorak penonton membelah udara di pesisir Ohoi Sathean, Kecamatan Kei Kecil, Sabtu siang itu. Riak ombak bergoyang pelan, seakan memberi jalan bagi deretan perahu naga yang siap berpacu.

Di tepi dermaga, Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Thaher Hanubun, berdiri tegak membuka secara resmi Lomba Dayung Perahu Naga yang menjadi bagian perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.

Bagi Thaher, lomba ini lebih dari sekadar tontonan meriah. “Ini bukan hanya hiburan, tapi wadah mempererat persaudaraan, melestarikan budaya maritim, sekaligus mengajak generasi muda mencintai olahraga tradisional berbasis kearifan lokal,” ujarnya di hadapan warga yang memadati bibir pantai.

Ohoi Sathean memang punya pesona sendiri. Di lepas pantainya, tersimpan kisah tentang sebuah perahu karam dari Bali yang kini membatu—menjadi simbol ikatan kekerabatan antara warga Sathean dan masyarakat Bali.

“Potensi wisata seperti ini harus kita angkat. Pemerintah daerah akan terus mendukung pengembangan destinasi wisata Sathean,” kata Thaher.

Ikatan pribadi pun menautkan sang bupati dengan kampung ini. Dalam tradisi setempat, Thaher dikenal dengan nama wama Ohoi Umel.

“Bagi saya, Sathean bukan sekadar desa wisata. Ini bagian dari identitas saya,” ucapnya.

Ia berharap lomba dayung perahu naga bisa menjadi agenda tahunan, tak hanya untuk memperingati kemerdekaan, tetapi juga sebagai atraksi wisata olahraga yang memperkenalkan potensi Maluku Tenggara kepada wisatawan, sekaligus meneguhkan rasa kebersamaan di tengah masyarakat.

Sore itu, dentuman genderang kembali terdengar. Dayung mengayun serempak, membelah air yang memantulkan cahaya matahari. Di Sathean, kemerdekaan tak hanya dirayakan di darat—tetapi juga di atas ombak.

Komentar