TUAL, Kabarsulsel-indonesia.com – Kementrian Pendidikan Republik Indonesia berhasil meransang frekuensi minat bakat sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Maluku bergerak mencapai level kurikulum pendidikan. Salah satunya adalah SMA Negeri 5 Kota Tual yang dinilai Kementrian, masuk pada level II sebagai salah satu Sekolah penggerak di Provinsi Maluku. Hal itu disampaikan Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Negeri 5 Tual Semuel K. Balubun S.Pd saat ditemui Kabarsulsel-indonesia.com diruang kerjanya Senin, (31/10/2022).
Balubun mengaku, pelaksanaan kurikulum merdeka yang dilaksanakan SMA 5 Tual telah masuk pada level II ketimbang Sekolah lain yang sebagian masih dianggap berada pada level I.
“Jadi ada 3 level, level I itu Sekolah yang belum pendampingan intensif level 2 itu Sekolah yang dianggap sudah bisa berkembang dan pendampingan dari Kementrian itu dari segi frekwensi waktu pelaksanaannya dikurangi dan level 3 itu dianggap mandiri jadi untuk kita di Maluku, ada beberapa Sekolah di Kota Tual itu salah satunya itu SMA Negeri 5 Tual itu dianggap SMA pelaksana (Sekolah penggerak) yang mengimplementasikan kurikulum merdeka yang sudah di level 2.” terangnya.
Kepsek menjelaskan, untuk pengembangan prestasi belajar siswa/siswi SMA Negeri 5 Tual maka ada beberapa prestasi yang diraih oleh para pesertadidik secara beruntun misalnya dalam lomba Festival Pelajar Nusantara yang dilaksanakan oleh RRI Tual Maluku Tenggra itu pihaknya mengikuti ada 5 mata lomba yakni lomba pidato Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, lomba pidato Bahasa Kei dan CerdaS Cermat serta lomba Paduan Suara yang mana dari semua kegiatan lomba itu ada 2 yang berhasil diraih prestasi oleh pesertadidik SMA Negeri 5 Tual yaitu lomba pidato dalam Bahasa Indonesia diraih oleh Arwin dengan perolehan juara 1 dan untuk pidato Bahasa Inggris diraih oleh Ananda Kristila Rahandra dengan tingkatan juara 3.
Hal itu dilakukan untuk meransang dan menumbuhkembangkan budaya prestasi di Sekolah tersebut, dimana semua siswa yang berprestasi itu diberikan Beasiswa dalam bentuk pembebasan kewajiban membayar SPP pada semester tertentu sesuai dengan jenjang lomba yang diikutinya. Misalnya seorang yang diraih adalah juara ditingkat Kabupaten/Kota maka siswa tersebut akan dibebaskan satu semester untuk membayar SPP-nya. Jadi, nilainya sekitar Rp.300.000 kalo dikonversi dalam nilai uangnya.
“Kalo dia juara ditingkat Provinsi, kita bebaskan 1 tahun (2 semester). Kalo juara tingkat Nasional maka kita akan bebaskan dia sepenuhnya. Kalo dia di Kelas 10, berarti 3 tahun selama dia Sekolah disini itu kita bebaskan penuh. Jadi, itu berarti sekitar dua juta sekian nilainya yang kita kasih sebagai beasiswa kepada siswa. Ini harapannya untuk meransang anak-anak kita untuk terus mengembangkan potensi diri mereka sesuai dengan arah pengembangan kurikulum merdeka. Jadi, pembelajaran kita itu berpusat pada anak sehingga paradigma pembelajaran lama yang klasikal dimana minat bakat kebutuhan anak itu belum terlalu diperhatikan oleh guru itu sekarang kita rubah.” jelas Kepsek.
Menurutnya, didalam pembelajaran pradigma baru di kurikulum merdeka sesuai dengan fhilosofi bapak Pendidikan Nasional Ki. Hajar Dewantara maka tujuan pengembangan pendidikan SMA Negeri 5 Tual adalah untuk memastikan bahwa anak-anak yang dididik itu dapat bertumbuh dan berkembang secara holistik. Jadi, semua potensi diri anak-anak itu bisa diberi ruang untuk tumbuh. Misalnya, dalam perencanaan pembelajaran guru harus melakukan diverensiasi pembelajaran. Entahkah itu dalam bentuk isi materi yang diajarkan kepada siswa maupun dalam proses pembelajaran itu sendiri dan juga dalam prodak apa yang dihasilkan oleh anak-anak setelah belajar sehingga tiap anak itu akan belajar sesuai dengan level perkembngan emosional dan intelektualnya. Jadi inilah salah satu karakteristik dari kurikulum meredeka yang dikembangkan di SMA Negeri 5 Tual.
Kata Balubun, hal yang unik dan menarik dari kurikulum merdeka itu bahwa kurikulum merdeka memberi ruang kepada semua peserta didik (semua anak-anak ) untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. Jadi, dalam hal perencanaan pengembangan Sekolah itu harus berpusat pada kepentingan peserrtadidik dalam hal pelaksanaan layanan belajar dan itu harus selaras dengan minat bakat dan kebutuhan belajar dari anak-anak di SMA tersebut. Makanya ketika Guru mau mulai mengajar, dia musti melakukan dua jenis esesmen. Esesmen diagnostik nonkurmetik untuk mengetahui latar belakang sosial ekonomi siswa dan psikologisnya minat gaya belajar dan lain-lain. Sedangkan Asesmen komnaitif ini untuk menyatakan pengetahuan keilmuan pesertadidik, apakah dia ada pada level misalnya kalo di kelas 10 itu level f vase f apakah pengetahuannya sudah sampai pada fase itu makanya Guru akan melakukan asesmen untuk memetakan sebelum memulai pelajaran.
Disinggung terkait dengan kemudahan dan menggunakan kurikulum di Sekolah itu, Balubun menerangkan bahwa dalam kurikulum yang lama itu tidak dilakukan beberapa ransangan sebelum memulai pembelajaran sehingga ketika Guru masuk Kelas langsung mulai dengan pembelajaran tanpa memperhitungkan pengetahuan siap dari anak-anaknya. Sedangkan pada kurikulum merdeka itu guru diharapkan mengajar sesuai dengan perkembangan peserrta didik. Jadi, ada dikenal dengan istilah Thicking end the raid level (Guru harus mengajar pada level yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan pengetaguan anak, fisik anak emosional anak itu semua jadi bahan pertimbangan).
Sebagai salah satu Sekolah dengan predikat terbaik dan bermutu, SMA Negeri 5 Kota Tual turut menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler. Namun, mengingat sekarang ini situasi lingkungan pendidikan masih berada dalam fase pemulihan maka kegiatan intrakulikuler sudah mulai didorong untuk masuk ke jadwal belajar penuh dalam suasa normal. Sedangkan untuk intrakulikuler itu kita kembangkang secara bertahap . Jadi, yang sudah mulai buka dengan Kepramukaan karna itu ekstrakulikuler wajib sehingga itu sudah jalan. Kemudiaan, mulai ada pula karakteristik tari-tarian antara lain ada atatik dan beberapa yang mulai dijalankan tetapi belum memprogramkan secara menyeluruh karna pihanya ingin pastikan bahwa status pademi Covid-19 sudah dinyatakan dicabut dari keadaan daruratnya sehingga itu tidak dianggap sebagai sebuah pandemi lagi maka akan kembali pada suasa pembelajaran normal dimana seluruh kegiatan ekstrakulikuler itu akan dibimbing oleh Guru atau Pelatih yang punya keahlian.
“Jadi, sementara ini ektrakulikuler yang ritin dilaksanakan itu Kepramukaan karna itu ekstrakulikuler wajib sedangkan yang sementara kita mulai kembangkan juga itu Seni, Tari. Jadi, siswa yang punya bakat tari juga mereka ikut juga dalam beberapa iven Dinas Pariwisata Kota Tual dan lain-lain. Terakhir juga anak-anak kita berhasil meraih juara 2 untuk lomba teater yang bercerita tentang sejarah yang ada di Kota Tual yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota Tual” sebutnya.
Terkait dengan rekrutmen peserta didik di SMA Negeri 5 Kota Tual, lanjut Kepsek bahwa pihaknya tengah berupaya untuk menyediakan layanan belajar yang bermutu dan baik yang bisa menjangkau masyarakat Kota Tual teristimewa yang ada dalam zona Dullah Selatan sesuai dengan sistim sonasi. Namun tidak menutup kemungkinan pula bahwasannya Sekolah dengan akrediasi “B” tersebut memberi ruang bagi semua siswa dimana saja yang ingin memenuhi kriteria pada Sekolah dimaksud. Misalnya, siswa yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP), mereka boleh dibebaskan dari kewajiban mengikuti sonasi ataupun juga siswa yang punya berprestasi khusus, misalnya ada anak-anak di kampung-kampung yang punya kecakapan khusus seperti: bermain tifa atau tiup suling saverngil itu (suling-suling tradisional) maka dari pihak Sekolah akan memberikan ruang khusus untuk diterima di Sekolah tersebut.
“Kami juga sementara mengembangkan aplikasi yang harapannya bisa membangun informasi komunikasi yang intensif dengan orang tua dan juga Guru mata pelajaran. Nama aplikasinya itu SIGAP (Sistim Informasi Gaya belajar Peserta didik). Ini sudah disosialisasikan ke orang tua wali murid. Jadi, nanti disini ada nomor hp siswa, ada data gaya belajar siswa dan ada saran masukan bagi Guru maupun orang tua untuk bagaimana membimbing anaknya belajar di Sekolah maupun di rumah.
“Misalnya, Inayah kita klik Ananda Inayah akan muncul foto profilnya, tujuannya supaya semua Guru bisa mengenal anaknya dengan baik karna kalo disekolah kita ada 400 orang yang paling sering diingat guru Cuma yang nakal, yang rajin dan yang malas. Yang biasa-biasa saja cenderubng dilupakan Guru, oleh karenanya kita ingin sediakan data ini sehingga semua guru itu betul-betul bisa mengnal siswa dengan baik. Kemudiang ada penjelasan tentang gaya belajar. Nah, Inayah ini punya gaya belajar visual secara umum ada 3 gaya belajar ada Auditory, Visual dan Kinestetik sehingah Guru diharapkan merancang pembelajaran dengan memperhatikan gaya belajar pesertadidik.” pungkasnya.
“Ini aplikasi ini juga diintal di HP orang tua sehingga orang tua juga tahu anaknya gaya belajarnya apa, karna terkadang misalnya anaknya itu gaya belajarnya audiotoring, audiotoring ini kan dia suka dengar jadi ketika dia belajar taru handset di telinga, dia akan dapat teguran (marah) dari orang taunya. Karna bapa mama pikir dia tidak belajar, dia sibuk dengan hendset dengar lagu. Padahal, dia audiotoring jadi memang kelompok ini idealnya belajar sambil dengar. Aplikasi ini saya kembangkan secara khusus dan ini sementara ini diikutkan dalam satu karya Kepala Sekolah Inovatif untuk seleksi Kepala Sekolah Inspiratif tahun 2022 ini. Jadi, ini saya sementara ajukan ke Kementrian untuk ikut seleksinya” tutup Balubun.
Pewarta: Toka/Etok
Komentar