Kasus HIV di Papua Barat Tembus 5.893 Orang, Fakfak Catat 747 Kasus atau 0,79 Persen dari Total Penduduk

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com |  Peringatan Hari AIDS Sedunia di Kabupaten Fakfak pada 1 Desember 2025 menjadi momentum penting untuk menyoroti kembali tingginya kasus HIV di Papua Barat serta beban epidemi yang masih signifikan di Fakfak.

Dalam kegiatan yang berlangsung di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Ma’ruf Amin, Bupati Fakfak Samaun Dahlan, S.Sos., M.AP., menyampaikan data terbaru yang menunjukkan bahwa HIV/AIDS masih menjadi isu kesehatan serius di wilayah tersebut.

Papua Barat mencatat 5.893 kasus HIV sejak 2013 hingga April 2025. Sementara Fakfak, dengan jumlah penduduk 94.895 jiwa hingga tahun 2025, ditemukan 747 kasus HIV/AIDS hingga November 2025. Angka ini setara dengan 0,79 persen dari total populasi Kabupaten Fakfak.

“Di balik angka ini ada saudara-saudara kita yang membutuhkan perhatian serius. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengambil langkah strategis dan terintegrasi agar eliminasi HIV tahun 2030 dapat tercapai,” ujar Bupati Fakfak dalam sambutannya.

Prevalensi Tinggi di Wilayah dengan Populasi Kecil

Meski jumlah penduduk Fakfak tidak sebesar kabupaten lain di Papua Barat, prevalensi HIV yang mencapai 0,79 persen menunjukkan tingginya beban epidemi di daerah tersebut.

Proporsi tersebut menempatkan Fakfak dalam kategori wilayah yang memerlukan program penanggulangan yang lebih terarah, terutama pada aspek pencegahan, pemeriksaan, serta pendampingan ODHA.

Kondisi ini juga menegaskan bahwa penyebaran HIV bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi berkaitan erat dengan struktur sosial, perilaku risiko, dan akses layanan.

Tantangan Layanan: Ketersediaan dan Keberlanjutan

Dalam pidatonya, Bupati menyoroti pentingnya menjaga keberlangsungan layanan HIV, mulai dari konseling, tes, hingga pengobatan antiretroviral (ARV).

Pemerintah daerah terus memperkuat koordinasi dengan fasilitas kesehatan dan komunitas untuk memastikan tidak ada warga yang kesulitan mengakses layanan tersebut.

“Dengan jumlah kasus yang ada, perluasan layanan kesehatan dan peningkatan kapasitas tenaga medis menjadi keharusan,” katanya.

Stigma Masih Jadi Penghalang Utama

Selain persoalan teknis layanan kesehatan, Bupati Fakfak menekankan bahwa stigma terhadap ODHA masih menjadi hambatan terbesar. Banyak warga enggan melakukan tes atau mengakses layanan karena khawatir akan diskriminasi.

“HIV bukan aib. Dengan pengobatan yang tepat, ODHA dapat hidup sehat dan produktif,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh masyarakat untuk membangun lingkungan yang inklusif dan aman bagi siapa pun yang membutuhkan layanan HIV.

Menuju Target Eliminasi 2030

Pemerintah Kabupaten Fakfak berkomitmen memperkuat kolaborasi lintas sektor—dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas, tokoh agama, lembaga pendidikan, LSM, dan komunitas—untuk mempercepat pencapaian target eliminasi HIV/AIDS pada 2030.

Upaya tersebut mencakup peningkatan deteksi dini, kampanye kesadaran, pengurangan stigma, dan pemerataan layanan kesehatan di seluruh distrik.

“Ini tanggung jawab kita bersama. Fakfak tidak boleh tertinggal dalam upaya global memerangi HIV/AIDS,” kata Bupati sebelum menutup sambutannya.

Diakhir rangkaian kegiatan memperingati Hari HIV AIDS Sedunia, Bupati Fakfak Samaun Dahlan bersama H. Saleh Siknun yang juga selaku Anggota DPR Provinsi Papua Barat dinobatkan menjadi Duta HIV AIDS Kabupaten Fakfak dengan prosesi penyematan salempang Duta oleh Ketua Panitia Muhammadon Daeng Husein dan Kepala Dinas Kesehatan Fakfak dr. Maulana Patiran.

Komentar