Maluku Tenggara, Kabarsulsel-Indonesia.com | Bentrokan antarkelompok pemuda di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, berujung tragis dengan tewasnya dua korban, Nathan Kudubun dan Dirly Russel. Insiden ini memicu polemik, terutama terkait pernyataan resmi Polda Maluku yang dinilai tidak mencerminkan fakta di lapangan.
Menurut laporan yang beredar, bentrokan tersebut terjadi antara kelompok pemuda elite yang diduga berafiliasi dengan Pemda dan pemuda Karang Tagepe. Keduanya disebut saling serang menggunakan senjata tajam, panah, hingga senapan angin. Namun, klaim ini dibantah oleh pemerhati hukum di Ambon, Melky Pranata Koedoeboen, S.H.
“Itu tidak benar. Informasi yang saya peroleh, bentrokan bermula dari dua pengendara sepeda motor yang menyerang seorang anggota polisi dengan parang. Insiden ini kemudian memicu bentrokan antara aparat kepolisian dan kelompok pemuda Karang Tagepe Ohoijang,” ungkap Melky, yang juga seorang pengacara.
Lebih lanjut, Melky menjelaskan bahwa setelah bentrokan antara polisi dan pemuda Karang Tagepe, kelompok pemuda elite Pemda baru ikut terlibat dalam pertikaian secara masif.
Ia meyakini kejadian ini merupakan rangkaian dari insiden sebelumnya, di mana sekelompok pemuda Pemda sempat menjadi sasaran serangan panah saat bersantai di Taman Tabob menjelang sore.
“Setiap laporan insiden kekerasan sebelumnya tidak pernah ditindaklanjuti dengan serius. Ini menimbulkan dugaan bahwa Kapolres Maluku Tenggara sengaja membiarkan konflik atau tidak mampu menangani situasi dengan baik,” tegas Melky.
Keluarga korban pun mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pihak kepolisian. Salah satu anggota keluarga yang enggan disebutkan namanya menilai pernyataan Humas Polda Maluku yang tersebar di beberapa media online tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Informasi yang diberikan Kapolres Maluku Tenggara kepada Kapolda Maluku tidak benar. Kapolres tidak pernah berada di lapangan saat kejadian. Kami memiliki bukti laporan polisi yang pernah diterima langsung oleh Kapolres, tetapi tidak pernah ditindaklanjuti,” ungkapnya dengan nada kecewa.
Peristiwa ini semakin memperkeruh kondisi keamanan di Langgur, sekaligus mempertanyakan transparansi dan kredibilitas aparat dalam menangani konflik sosial di daerah tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, upaya konfirmasi kepada Kapolres Maluku Tenggara telah dilakukan, namun belum mendapatkan respons.
Komentar