Kaka Acel: “Fakfak Terjebak dalam Janji Palsu, Saatnya Pemimpin Sejati yang Membangun Kembali Daerah!”

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Kampanye politik di Distrik Kokas memanas saat Marcel Rahamitu, atau yang akrab disapa Kaka Acel, menggelar orasi tajam di hadapan ratusan pendukung pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Fakfak, Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik.

Dalam pidatonya yang penuh semangat, Acel menyoroti kemandekan pembangunan dan pemerintahan Fakfak selama beberapa tahun terakhir, yang ia gambarkan sebagai masa “7 L” — Lemas, Letih, Lesu, Lunglai, Lutut-Lutut Longgar.

“Fakfak seperti mati rasa. Janji-janji besar selalu dilontarkan, tetapi realisasinya nihil. Semua hanya ‘PHP‘—Pemberi Harapan Palsu!” tegas Acel, mantan anggota DPRD Fakfak periode 2019-2024, yang dengan lantang mengkritik kegagalan pemerintahan saat ini.

Ia tak segan-segan mengungkapkan kekecewaannya terhadap janji yang belum ditepati oleh pemerintah daerah, termasuk proyek infrastruktur vital yang masih terbengkalai.

Acel, yang pernah berjuang bersama mantan Bupati Wahidin Puarada, membandingkan situasi kampanye tahun 2005 dengan sambutan yang diterima pasangan Santun hari ini. Ia yakin bahwa semangat rakyat Kokas saat ini mencerminkan antusiasme yang sama dengan masa kejayaan Wahidin.

“Saya merasakan atmosfer yang sama, dan ini pertanda bahwa perubahan akan segera datang. Samaun-Donatus adalah harapan baru bagi Fakfak!” ucapnya.

Lebih lanjut, Acel dengan tegas menuding pemerintahan saat ini gagal total dalam menjalankan fungsinya. Ia menyoroti berbagai janji politik yang tidak terealisasi, seperti pembangunan infrastruktur di Pulau Ugar yang dijanjikan saat Menteri turun ke Fakfak.

“Hasilnya? Tidak ada yang berubah! Hanya janji kosong!” ungkap Acel dengan nada sinis. Fakfak, menurutnya, berada di bawah bayang-bayang pemimpin yang tidak mampu merealisasikan aspirasi rakyatnya.

Dalam orasinya, Acel juga menyoroti masalah pelayanan dasar seperti air bersih di Kokas yang tak kunjung diperbaiki meski sudah berulang kali dibahas di tingkat pemerintahan.

“Saya dua kali turun ke sini, kita bicarakan masalah air, bak yang bocor, tetapi sampai sekarang tidak ada solusi. Janji lagi, janji lagi! Sudah saatnya kita ganti pemimpin,” serunya, disambut riuh oleh massa yang mendukung perubahan.

Acel kemudian mengajak warga Kokas untuk memilih pasangan nomor 2, Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik, yang menurutnya memiliki rekam jejak jelas dalam pembangunan.

Samaun, sebagai mantan Kepala Dinas PUPR2KP, dinilai paham benar akan persoalan infrastruktur dan memiliki kapasitas untuk membangun Fakfak dari keterpurukan. Donatus, mantan perencana di Bapeda, dianggap ahli dalam merancang kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Tidak hanya fokus pada infrastruktur, Acel juga mengkritik kegagalan sektor pendidikan. Ia mengungkapkan fakta bahwa selama masa jabatannya di DPRD, ia kerap kali memperjuangkan pendidikan bebas biaya (SPP) dan kesejahteraan guru, namun semuanya kandas tanpa hasil.

“APBD kita cukup besar, pendidikan adalah anggaran wajib yang dialokasikan 20 persen, tapi apa yang terjadi? Guru-guru kita masih menuntut hak-hak mereka. Ini bukti pemerintahan yang gagal,” ujar Acel dengan tajam.

Dalam orasi politiknya, Kaka Acel bahkan mengusulkan agar jika jalan Kayuni-Kokas diperbaiki di bawah kepemimpinan Santun, jalan tersebut diberi nama Jalan DR. Wahidin Puarada, sebagai penghargaan atas komitmen dan janji politik Wahidin di masa lalu yang terealisasi.

“Ini adalah bukti komitmen pemimpin sejati, berbeda dengan janji kosong yang kita hadapi hari ini,” tegas Acel.

Menutup orasinya, Acel dengan tegas mengimbau masyarakat Kokas untuk menggunakan hak pilih mereka pada 27 November 2024 dengan cerdas.

“Kita butuh perubahan, bukan janji-janji palsu. Pilihlah pemimpin yang bisa membawa harapan nyata! Samaun-Donatus adalah jawaban untuk Fakfak yang lebih baik,” serunya dengan penuh semangat.

Dengan kritik tajam terhadap pemerintahan yang dianggap gagal, Acel mendorong masyarakat untuk mengambil sikap dan memilih pasangan Santun, yang diyakininya mampu mengubah Fakfak dari keterpurukan menuju kebangkitan yang sesungguhnya.

Komentar