Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Iwan Patiran, dalam orasi politiknya yang menggelegar saat mendampingi Paslon Bupati Nomor Urut 2, Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik, pada sabtu (12/10) di Kompleks DPU, dengan keras membongkar kegagalan visi ‘Fakfak Tersenyum’ yang diusung pemerintah saat ini. Ia tak segan-segan melontarkan pertanyaan retoris yang langsung menyentak nalar masyarakat:
“Apakah Fakfak sudah terdepan? Sudah sejahtera? Sudah nyaman? Apakah kita benar-benar merasakan kemandirian yang mereka janjikan?”
Iwan mengecam bahwa visi tersebut hanya sebatas jargon politik tanpa bukti nyata di lapangan.
“Jika hanya keluarga, saudara, dan kroni-kroni mereka yang tersenyum, apa gunanya visi ini bagi rakyat?” tanyanya tajam.
Ia menilai selama 3,8 tahun, kesejahteraan hanya dinikmati oleh segelintir orang di lingkaran kekuasaan, sementara rakyat dibiarkan menderita.
“Kalau mereka diberi tambahan 5 tahun lagi, jangan heran jika yang mereka bangun hanya istana pribadi, sementara kita tetap jadi budak di pinggir jalan.”
Dengan nada lebih keras, Iwan menyoroti kelemahan fatal dalam visi-misi pemerintahan saat ini, yang menurutnya hanya retorika belaka.
“Visi-misi yang indah bisa dengan mudah dicopy-paste dari Google atau YouTube. Tapi apa gunanya? Apa itu lahir dari pemikiran dan pengalaman pemimpin tersebut, atau sekadar tiruan dari orang lain?”
Ia mempertanyakan kredibilitas pemimpin yang tidak memiliki wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai untuk mewujudkan visi-misi tersebut.
Lebih jauh, Iwan menyebut bahwa kegagalan Fakfak dalam mencapai visi ‘Tersenyum’ selama 3,5 tahun terakhir adalah bukti ketidakmampuan Bupati saat ini.
“Fakfak justru semakin tenggelam. Daerah lain bisa menunjukkan kemajuan meskipun sama-sama menghadapi pandemi. Kenapa Fakfak tertinggal jauh? Ini jelas kegagalan pemimpin!” serunya dengan nada tajam, mengecam habis-habisan ketidakmampuan pemerintah daerah.
Iwan menegaskan, masyarakat Fakfak tidak boleh tertipu oleh bahasa-bahasa indah dalam visi-misi tanpa realisasi. Pemimpin yang hanya bermodalkan retorika tanpa pengalaman nyata, kata Iwan, adalah pemimpin yang berbahaya.
“Kalau masih ada yang memilih pemimpin dengan wawasan dangkal dan pengetahuan minim, itu bukan suara rakyat, bukan suara Tuhan. Itu suara iblis yang menjerumuskan kita semua!” tegasnya, tak ragu-ragu mengecam mereka yang masih mendukung kepemimpinan yang gagal.
Selain itu, ia mengkritik keras ketergantungan Fakfak pada APBD.
“Ekonomi Fakfak mati suri! Lapangan kerja minim, uang tidak berputar. Kenapa? Karena tidak ada yang mampu mendatangkan investor atau menciptakan solusi di luar APBD!”
Menurut Iwan, hanya pemimpin dengan visi kuat dan pengalaman nyata yang bisa membuka peluang ekonomi baru bagi Fakfak.
Iwan juga tidak segan-segan menyinggung lawan politik yang kerap menggunakan retorika kasar dalam orasi mereka.
“Mereka bicara dengan emosi yang tidak bermartabat, seperti orang yang tidak punya adat dan agama. Mengusir orang dari Fakfak? Itu jelas bertentangan dengan nilai-nilai adat dan agama kita!”
Iwan mengingatkan bahwa Fakfak memiliki budaya santun yang menghargai setiap individu, dan tindakan-tindakan kasar semacam itu harus ditolak.
Menutup orasinya, Iwan menyerukan masyarakat Fakfak untuk cerdas dan berani mengambil sikap tegas pada Pilkada 27 November mendatang.
“Jangan biarkan Fakfak dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten. Pilih pemimpin yang punya rekam jejak nyata, seperti Samaun Dahlan dan Donatus Nimbitkendik. Mereka bukan pemimpin hasil copy-paste!” teriaknya penuh keyakinan.
Dengan kritik yang tajam, Iwan memperingatkan bahwa melanjutkan kepemimpinan yang gagal akan membawa Fakfak ke dalam keterpurukan yang lebih dalam.
“Kalau Fakfak saja belum tersenyum setelah 3,5 tahun, kenapa harus ditambah 5 tahun lagi? Kita akan lebih menderita. Cerdaslah dalam memilih, karena nasib Fakfak ada di tangan kita.”
Komentar