Ironi di Tengah Kota: Siswa SD Inpres II Wagom Belajar di Lantai, Pemerintah Bungkam!

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Di tengah megahnya slogan pendidikan sebagai pilar bangsa, kondisi memilukan justru menimpa siswa SD Inpres II Wagom di Distrik Pariwari, Kelurahan Wagom, Fakfak.

Terletak di pusat kota, sekolah ini menyuguhkan potret nyata kelalaian pemerintah terhadap pendidikan. Para siswa terpaksa belajar di lantai, hanya beralaskan tikar puzzle, tanpa meja dan kursi yang layak.

Parahnya lagi, ruang kelas di sekolah ini tidak mampu menampung jumlah siswa. Para guru, yang berjuang dengan segala keterbatasan, harus menyekat ruang kelas seadanya demi memastikan proses belajar mengajar tetap berlangsung.

Pemandangan ini lebih mirip ruang darurat bencana ketimbang lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat mencetak generasi penerus bangsa.

Di Mana Pemerintah?

Kondisi ini bukan baru. Guru-guru di SD Inpres II Wagom telah berkali-kali mengusulkan perbaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Fakfak.

Namun, hingga saat ini, permohonan mereka hanya berakhir sebagai dokumen tanpa tindak lanjut. Ketidakpedulian ini adalah bukti nyata lemahnya komitmen pemerintah daerah terhadap pendidikan.

Ironi semakin menjadi ketika Pemerintah Provinsi Papua Barat melalui anggaran 2024 telah membangun ruang guru baru untuk sekolah ini. Namun, bangunan tersebut tidak dilengkapi fasilitas pendukung seperti meja dan kursi.

Lebih menyakitkan lagi, meski konstruksinya telah selesai, ruang guru itu belum juga diserahkan kepada pihak sekolah. Seolah-olah gedung itu hanya menjadi monumen kebijakan setengah hati.

Rakyat Menunggu Aksi, Bukan Janji!

Hingga berita ini diterbitkan, Dinas Pendidikan Fakfak bungkam seribu bahasa. Tidak ada jawaban, tidak ada kepastian, hanya keheningan yang memperpanjang penderitaan siswa dan guru.

Fakta ini menguak ketidakseriusan pemerintah dalam menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.

Apakah pemerintah akan terus membiarkan siswa SD Inpres II Wagom tumbuh di bawah bayang-bayang ketidakadilan?

Apakah janji-janji manis kampanye hanya akan menjadi lembaran usang tanpa realisasi?

Masyarakat tidak butuh retorika. Yang dibutuhkan adalah aksi nyata! Jika pemerintah terus abai, maka sejarah akan mencatat nama-nama mereka yang membiarkan generasi ini tumbuh tanpa harapan.

Sudah saatnya pemerintah berhenti mencari alasan dan mulai bekerja untuk memastikan setiap anak bangsa mendapatkan pendidikan yang layak.

Jika bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi? Fakfak menuntut perubahan, dan tuntutan ini tidak bisa lagi ditunda!

Komentar