Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Hujan deras telah mengurung Fakfak sejak sore. Langit kelabu menggantung rendah, membawa rintik yang perlahan menjadi deras.
Pukul 15.42 WIT, hujan itu mengguyur tanpa ampun, membasahi setiap sudut kota, termasuk Pasar Sebrang di Kelurahan Danaweria.
Namun, di antara tetes hujan yang jatuh membasahi jalanan, tampak sekelompok perempuan tangguh—para pedagang sayur—tetap bertahan.
Pasar hari itu tampak berbeda. Biasanya riuh dengan suara tawar-menawar, kali ini sunyi. Para pedagang, mayoritas ibu-ibu, tetap berjongkok di bawah tenda-tenda kecil, menjaga barang dagangan mereka.
Di emperan Apotek Qami, tepat di depan jalan utama, mereka menunggu. Harapan terselip di antara genangan air yang kian meninggi, sementara sayuran, siri, pinang, dan ikan asar masih terhampar di atas meja.
Lalu, pada pukul 16.23 WIT, suara mesin mobil memecah suara hujan. Sebuah Ford Everest hitam meluncur dan berhenti di depan apotek itu. Dari dalamnya, seorang pria dengan kemeja putih keluar, mengenakan topi yang basah karena hujan.
Senyum hangat langsung terlihat di wajahnya saat mata bertemu dengan para pedagang. Dialah Samaun Dahlan, bakal calon Bupati Fakfak untuk Pilkada 2024, yang tak kenal lelah menyapa warga dengan tulus, bahkan di tengah cuaca yang tak bersahabat.
Dengan langkah mantap, Samaun menggulung celana hingga ke lutut, tak peduli derasnya hujan. Ia berjalan ke arah para pedagang yang tetap bertahan di tengah banjir kecil yang menggenangi area pasar.
Hujan tak menghalangi Samaun untuk menegur sapa dan menanyakan keadaan mereka. Di wajah-wajah lelah para ibu, terselip senyum kecil saat mereka menyadari siapa yang berdiri di hadapan mereka.
Tanpa banyak kata, Samaun melihat langsung kondisi dagangan mereka. Sayuran masih segar, tetapi tak ada pembeli yang datang sejak siang.
Keheningan sejenak terjadi, lalu pria kelahiran 5 Oktober 1968 itu dengan penuh kejutan memborong semua yang ada di depan matanya. Sayur-sayuran, siri, pinang, hingga ikan asar—semua dibeli tanpa sisa.
Bagi Sarifa Kalseo, seorang pedagang tua yang menggantungkan hidupnya dari hasil jualan di pasar, momen itu seperti mimpi. Dengan mata berkaca-kaca, ia menyampaikan rasa syukur yang mendalam.
“Alhamdulillah, jualan saya hari ini habis semua. Terima kasih banyak, Pak Samaun,” katanya. “Biasanya susah sekali jualan sampai habis. Ini berkah di tengah hujan.”
Sarifa tak sendiri. Para ibu pedagang lainnya merasakan hal yang sama. Hari itu, bukan hanya dagangan mereka yang laku, tetapi harapan untuk masa depan mereka seolah mendapatkan secercah cahaya.
Harapan bahwa sosok seperti Samaun Dahlan, yang tak segan turun ke lapangan di tengah hujan, bisa membawa perubahan yang nyata.
“Semoga besok Pak Samaun terpilih jadi Bupati. Beliau bisa melihat kesulitan kami, masyarakat kecil,” ungkap Sarifa dengan lirih, namun penuh harap.
Di sela-sela hujan yang semakin deras, Samaun mendengarkan keluhan para pedagang dengan seksama. Mulai dari pasar yang sepi pembeli, rencana relokasi mereka ke pasar baru, hingga masalah penerangan yang minim.
Samaun tidak hanya mendengar, tapi menjanjikan untuk membawa suara mereka dalam agendanya ke depan.
Setelah menyapa para pedagang dan memborong dagangan mereka, Samaun yang di dampingi Ketua Demokrat Fakfak Fredy Kerryanto dan rombongan kembali melanjutkan agendanya—silaturahmi dengan warga sekitar di kediaman Hamid Woretma. Namun, bagi para pedagang di Pasar Sebrang, sore itu adalah kisah yang akan mereka kenang.
Bukan hanya karena hujan yang tak henti-henti, tetapi karena kedatangan seorang pria yang membawa harapan dan kehangatan di tengah dinginnya cuaca.
Komentar