Hilirisasi Pala Rp1,9 Triliun: Fakfak Tantang Surabaya, Siap Jadi “Markas Besar” Rempah Dunia

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Tak ada rempah yang lebih melekat pada identitas Fakfak selain pala. Namun selama puluhan tahun, kabupaten ini hanya menjadi penjual bahan mentah. Surabaya dan kota-kota besar lainlah yang menikmati nilai tambahnya. Pola itu kini akan diubah secara drastis.

Dalam sambutannya yang bernuansa strategi ekonomi, Bupati Samaun Dahlan mengumumkan rencana pembangunan fasilitas hilirisasi pala senilai Rp1,9 triliun. Dana itu, menurutnya, disiapkan langsung oleh pemerintah pusat. Fakfak hanya diminta menyiapkan lahan 5–10 hektare.

“Nilai tambah pala itu luar biasa. Kalau kita olah sendiri, pendapatan masyarakat bisa naik berkali-kali lipat,” ujarnya.

Pabrik itu tidak sekadar memproses pala Fakfak. Samaun memaparkan gambaran yang lebih besar: Fakfak dirancang menjadi pusat pemrosesan pala dari Kaimana, Ambon, dan Maluku Utara.

“Begitu pabrik berdiri, bahan baku kita akan datang dari tiga provinsi. Kita yang mengendalikan industri rempah itu,” katanya.

Proyeksi itu membuat para tetua adat mengangguk-angguk. Fakfak memang memiliki sejarah panjang sebagai wilayah penghasil pala berkualitas tinggi. Masa silam itu seolah dipanggil kembali dalam bentuk industri modern.

Rencana hilirisasi ini juga muncul di saat yang tepat. Dana transfer dari pemerintah pusat diprediksi turun hampir Rp200 miliar pada 2026.

“Kita tidak bisa terus hidup dari bantuan pusat. Kita harus menggali kekuatan tanah kita sendiri,” ucap Samaun.

Jika proyek ini berjalan, wajah ekonomi Fakfak akan berubah. Lahan baru akan dibuka, petani akan terserap dalam rantai produksi, dan Fakfak dapat menantang dominasi Surabaya dalam perdagangan rempah.

Di penghujung sambutannya, Bupati menambahkan satu kalimat yang terdengar seperti janji dan peringatan sekaligus: “Hilirisasi ini bukan milik pemerintah, tetapi milik generasi Fakfak.”

Komentar