Forum Pengajian Spiritual Sepakat Melakukan Aksi Demo Massal Dalam Bentuk Do’a Kepada Tuhan

Jakarta180 views

JAKARTA, Kabarsulsel-indonesia.com – Acaranya pengajian spiritual periode ke-2 bertajuk menilik pemimpin bangsa yang Hakiki dalam Forum Cinta Negeri di Jl. Percetakan Begara IV No. 1 Jakarta, pada Rabu 12 Oktober 2022 semakin gayeng dibanding periode pertama yang berlangsung pada 5 Oktober 2022.

Sejumlah tokoh dan pembicara yang hadir diantaranya Habib Jansen Boediantono, Dharmo L. Martaperwira, Yudi Pratama, Burhan Rosyidi, Bunda Wati Imhar Burhanudin serta spiritualis Eko Sriyanto Galgendu.

Wati Imhar Burhanuddin mendukung sepenuhnya langkah-langkah positif GMRI yang telah memulai gerakan kebangkitan spiritual dengan salah satu upaya memposisikan Candi Brobudur sebagai pusat ziarah spiritual bangsa-bangsa dunia, apalagi sebagai karya anak bangsa Nusantara itu, Candi Brobudur telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1991 sebagai warisan budaya dunia dan sebagai monumen budaya Budha terbesar di dunia yang dibangun antara abad 8 dan 9 semasa jasanya Pemerintahan Syailendra. Persaing beratnya pun yang tak kalah unik adalah Komplek Percandian yang menentang dari Jambi hingga Riau yang dikenal sebagai Candi Muara Jambi dan Candi Muara Takus yang lebih unik, karena terbuat dari batu bata atau tanah liat.

Semakin meriahnya acara pengajian spiritual babak kedua ini, setidaknya karena dihadiri oleh para aktivis 1998 dan dari berbagai generasi sebelum maupun sesudahnya yang datang dari berbagai daerah luar Jakarta, seperti Hikmat Subawinata, Ali Garjito serta Tommy Adiansyah termasuk Romo Toro bersama sejumlah aktivis perempuan yang semakin meyakini bahwa gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual semakin nyata diperlukan– tidak hanya sebagai theraphy bagi suku bangsa Nusantara yang telah menjadi Indonesia sejak Proklamasi tahun 1945 — tetapi juga percaya bahwa laku spiritual akan membimbing dan menjadi petunjuk arah bagi bangsa dan negara Indinesia keluar dari kemelutnya selama ini yang terus berkepanjangan.

Antara pemimpin dan pemimpi itu, kata Eko Sriyanto Galgendu hanya berbeda satu huruf saja. Dalam khazanah budaya Jawa, sanepo ini menunjukkan betapa tipisnya perbedaan antara yang faktual dengan yang khayal. Sehingga pemimpin yang dimimpikan, jadi akan sangat jauh berbeda dengan mimpinya pemimpin seperti yang terjadi sekarang.

Runtuhnya pemerintahan Mahapahit karena para pemimpin ketika itu lupa diri. Padahal pada puncak kejayaan Majapahit saat itu, penghasilan tiap penduduknya bisa mencapai 40 juta rupiah per bulan dengan kurs harga beras. Lalu pada jaman Pangeran Senopati ada konsep babat alat yang terus dijaga dan dilanjutkan tradisi tersebut dengan cara memposisikan Pusaka Babat itu selalu berada di depan dalam semua bentuk upacara adat.

Karenanya untuk membenahi Indonesia yang terlanjur rusak dan berantakan ini, memang sungguh membingungkan. Karena menurut para politisi harus habitat politik. Padahal, mana mungkin bisa diharap kepada mereka yang membuat kerusakan yang harus memperbaikinya.

Masalah besar yang luput menjadi perhatian publik, imbuh Burhan Rosyidi ialah Tex Amnesty yang gagal melaksanakan MLA (Mutual Legal Assistence). ” Jadi, kalau Presiden Joko Widodo tidak punya nyali melakukannya, dia seharusnya cerdas untuk memberi mandat pada Eko Sriyanto Galgendu yang selalu melakukan perjalan ziarah atas dasar panggilan hatinya yanv tulus dan murni”, kata Burhan Rosyidi yang sangat yakin dan percaya pada Eko Sriyanto Galgendu untuk menjalankan mandat yang mau diamanahkan oleh Presiden, tandasnya.

Begitulah bagian penting dari sikap merdeka seorang spiritualus yang didapatkan Eko Sriyanto dari Gus Dur (Abdurahman Wahid) bahwa hakikat dari sikap merdeka yang sejati itu adalah pilihan yang sangat mulia, apa kemudian hendak dilakukan tidak cuma untuk diri sendiri, akan semuanya demi dan untuk didedikasikan bagi orang banyak. Maka itu yang harus dan mutlak untuk diperbaiki adalah etika, moral dan akhlak manusia Indonesia yang sedang berada pada titik nadirnya yang tergawat.

Contoh terburuk seperti tertangkap tangan seorang Hakim Agung dan rektor dari sebuah perguruan tinggi sebagai acuan dari keadilan dan intelektualitas dari sosok manusia yang sepatutnya memiliki etika, moral dan akhlak mulia, atau sifat dan sijap emphaty seperti yang diidealkan oleh Tommy Adiansyah.

Pada akhirnya, sebagai bagian untuk menandai gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spirutual bangsa Indonesia, telah disepakati untuk melakukan aksi atau demo dalam bentuk do’a bersama segenap aktivis dan motor penggerak kesadaran dan pemahaman spiritual dalam waktu dekat di Jakarta untuk kemudian diharap berlanjut di berbagai kota dan daerah lain di Indonesia. Karena essensi do’a dari berbagai lintas agama maupun penghayat kepercayaan di Indonesia sudah saatnya perlu disampaikan kepada Tuhan.

Waktu dan titik pusat aksi demo dalam bentuk do’a yang akan dilaksanakan bersama Forum Cinta Negeri ini, kata Eko Sriyanto Galgendu, akan secepatnya dibicarakan dengan Tommy Adiansyah serta Bunda Wati Imhar yang diharap dapat koordinator pelaksanya di lapangan.

 

Jakarta, 12 Oktober 2922

Komentar