Tangerang, Kabarsulsel-Indonesia.com | Momen Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di ICE BSD, Tangerang, menjadi tonggak baru bagi pengembangan komoditas pala asal Fakfak.
Dalam ajang bergengsi itu, Koperasi Myristica Fakfak yang merupakan binaan Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak, Papua Barat, menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) strategis dengan dua perusahaan nasional ternama: PT Martina Berto dan PT Inovasia Niaga Global.
Kerja sama ini menandai langkah besar dalam pengembangan produk turunan pala, terutama lemak pala (nutmeg butter) dan manisan pala premium, yang memiliki nilai tambah tinggi baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Kemitraan Strategis untuk Nilai Tambah Pala Fakfak
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Ketua Koperasi Myristica, Tasfiyanti Irianjati, S.Hut., M.M., di Paviliun Provinsi Papua Barat yang difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua Barat.
Dalam kesempatan itu, Tasfiyanti menjelaskan bahwa substansi MoU berfokus pada peningkatan kapasitas produksi dan pasokan bahan baku lemak pala untuk menggantikan mentega kakao dalam industri kosmetik dan pangan.
Selain itu, kerja sama juga mencakup riset terapan, kolaborasi teknologi, dan pengembangan bisnis turunan pala serta hasil hutan bukan kayu lainnya.
“Kami ingin menjadikan Fakfak bukan hanya sebagai penghasil pala mentah, tetapi sebagai sentra inovasi produk turunan pala yang bernilai ekonomi tinggi,” ujar Tasfiyanti.
Harga lemak pala di pasar saat ini mencapai sekitar Rp930 ribu per kilogram, namun dengan adanya kontrak jangka panjang dan pembelian dalam jumlah besar, harga akan disesuaikan berdasarkan kemasan, hasil uji laboratorium, serta volume produksi yang disepakati bersama.
Martina Berto dan Inovasia: Menggali Potensi Alami dari Fakfak
Direktur PT Martina Berto, Trianita Hesti, menyebut kerja sama ini selaras dengan komitmen perusahaan dalam mengembangkan produk kosmetik berbasis bahan alami.
“Lemak pala memiliki potensi luar biasa sebagai bahan aktif perawatan kulit. Selain alami dan ramah lingkungan, bahan ini juga mendukung konsep green product yang menjadi fokus kami,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur PT Inovasia Niaga Global, Nining, mengatakan pihaknya akan mengembangkan produk manisan pala premium yang menyasar segmen pasar menengah atas, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
“Kami ingin membawa cita rasa khas Fakfak ke meja konsumen dunia melalui produk manisan pala dengan kemasan modern dan kualitas ekspor,” tuturnya.
Sinergi Pemerintah Daerah dan Dunia Usaha
Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmorojati, ST, MT, menjelaskan bahwa lemak pala tomandin merupakan minyak atsiri berkualitas tinggi hasil ekstraksi dari biji pala, yang banyak digunakan dalam industri kosmetik, makanan, dan farmasi.
“Kerja sama ini sejalan dengan semangat Pemerintah Kabupaten Fakfak untuk mendorong industrialisasi komoditas unggulan daerah, terutama pala,” kata Widhi.
Ia menambahkan, sinergi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah pala secara signifikan, membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat, serta memperkuat posisi Fakfak sebagai pusat inovasi dan produksi pala di Indonesia Timur.
Tantangan dan Rencana Penguatan Produksi
Meski kerja sama ini menjanjikan masa depan cerah, Koperasi Myristica masih menghadapi beberapa tantangan, seperti keterbatasan alat produksi lemak pala hasil hibah program GEG, serta perlunya peningkatan mutu bahan baku dan perbaikan manajemen produksi.
Koperasi juga tengah melakukan pendekatan kepada petani dan pengepul untuk memastikan pasokan biji pala dengan standar kualitas tinggi, sekaligus menata ulang administrasi, tata letak ruang produksi, dan perizinan yang relevan.
“Kami optimis dapat memenuhi standar industri melalui peningkatan kapasitas petani, pembangunan rumah produksi, serta revitalisasi peralatan pengolahan pala,” ujar Widhi menegaskan.
Langkah Nyata Menuju Hilirisasi Pala Nasional
Melalui momentum TEI 2025, Fakfak kembali menunjukkan potensinya sebagai kawasan penghasil pala berkualitas dunia.
Kolaborasi antara koperasi lokal, pemerintah, dan industri besar menjadi simbol hilirisasi nyata dari bumi Papua Barat, sekaligus membuka jalan bagi kemandirian ekonomi berbasis komoditas unggulan daerah.
Komentar