FAI Genap 10 Tahun, Konsisten Mendidik Anak Yatim Piatu untuk Masa Depan Indonesia

Jakarta, Kabarsulsel-Indonesia.com |  Forum Akademisi Indonesia (FAI) merayakan satu dekade kiprahnya dengan komitmen kuat dalam mendukung pendidikan anak yatim piatu dan dhuafa. Sebagai wadah akademisi yang peduli terhadap masa depan bangsa, FAI terus berupaya mencetak generasi cerdas dan berintegritas agar mereka mampu berkontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

“Wadah ini bukan hanya sekadar forum intelektual, tetapi juga inspirasi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pendidikan anak-anak kurang mampu di tengah tantangan ekonomi saat ini,” ujar Aat Surya Safaat, mantan Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA 2016 yang juga menjadi Penasehat FAI, dalam perbincangan dengan wartawan di Jakarta, Sabtu (22/3/2025).

FAI: Sinergi Akademisi untuk Mencerahkan Bangsa

Sejak didirikan pada 23 Mei 2015 di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), FAI terus berkembang sebagai komunitas akademisi yang bersinergi untuk mencerdaskan anak bangsa. Organisasi ini dipimpin oleh Dr. Indra C. Uno, MBA sebagai Ketua Umum, didampingi Eni Heni Hermaliani, MM, M.Kom sebagai Sekretaris Jenderal. Sementara itu, jajaran Penasehat FAI diisi oleh tokoh-tokoh intelektual seperti Dr. Ichsanuddin Noorsy (Ekonom Senior), Dr. Intan Syah Ichsan (Chief Operating and Marketing Officer PT Samuel Aset Manajemen), dan Aat Surya Safaat (Wartawan Senior).

FAI tidak hanya fokus pada pendidikan, tetapi juga pada kajian strategis yang menyangkut kepentingan publik.

“Sebagai komunitas akademisi, FAI harus terus mengedepankan kajian ilmiah untuk mencari solusi atas permasalahan bangsa seperti korupsi, narkoba, dan pengangguran,” kata Aat yang pernah menjabat sebagai Kepala Biro Kantor Berita ANTARA New York (1993 – 1998).

Beasiswa dan Program Sosial: Investasi untuk Masa Depan

Komitmen FAI dalam membantu pendidikan anak yatim piatu dan dhuafa tidak hanya sebatas wacana. Baru-baru ini, FAI menggelar program “Berbagi Ramadhan” di Kota Depok, Jawa Barat, sebagai bentuk kepedulian kepada anak-anak yang kurang beruntung.

Selain itu, FAI juga secara selektif memberikan beasiswa pendidikan bagi anak-anak kurang mampu, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga pesantren. Untuk tingkat perguruan tinggi, mahasiswa penerima beasiswa diwajibkan memiliki IPK minimal 3,0 sebagai standar kualitas akademik.

Sekjen FAI, Eni Heni Hermaliani, mengungkapkan bahwa program beasiswa ini sudah menghasilkan lulusan yang kini mandiri dan tersebar di berbagai daerah.

“Mereka menjadi bukti nyata bahwa dengan pendidikan yang baik, anak-anak dari keluarga kurang mampu pun bisa bersaing dan meraih kesuksesan,” ujarnya.

Ke depan, FAI berharap semakin banyak stakeholder pendidikan, dunia usaha, dan para donatur yang ikut berkontribusi dalam memastikan keberlangsungan program beasiswa ini.

“Kami ingin memastikan anak-anak yatim piatu dan dhuafa tetap memiliki kesempatan untuk mengejar impian mereka, menjadi generasi yang cerdas dan berintegritas,” tutup Eni.

FAI: Mencerahkan Bangsa, Membangun Masa Depan

Dalam perjalanannya selama satu dekade, FAI telah membuktikan bahwa kolaborasi akademisi bisa menjadi kekuatan dalam membangun generasi emas Indonesia. Dengan dedikasi yang tak kenal lelah, organisasi ini terus menanamkan harapan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam mengubah nasib bangsa.

FAI bukan sekadar forum diskusi, tetapi sebuah gerakan nyata untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Indonesia.

Komentar