Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Setelah sukses mendapatkan sertifikasi dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon, Dinas Perkebunan Fakfak langsung bergerak cepat melakukan pengawasan ketat terhadap bibit Pala Tomandin yang telah diproduksi di tiga lokasi penangkaran.
Langkah ini diambil guna memastikan bahwa bibit yang akan disalurkan kepada masyarakat atau diperjualbelikan telah memenuhi standar mutu yang ketat dan siap tanam.
Tiga penangkaran yang menjadi fokus pengawasan adalah Balili Jaya di Wagom Utara, Sikapori di Kampung Khukandak, dan Prima Karya di Air Besar.
Ketiga penangkaran ini telah menjadi bagian dari ekosistem agribisnis lokal yang berkontribusi besar dalam mendukung budidaya Pala Tomandin—varietas khas Fakfak yang telah diakui secara nasional melalui indikasi geografis.
Pendampingan Teknis untuk Menjaga Kualitas Bibit
Kasie Pengawasan Komoditi Perkebunan, George Waruma, S.ST., yang juga bertindak sebagai koordinator tim pengawasan, menegaskan bahwa pengawasan ini dilakukan sebagai upaya serius pemerintah daerah untuk menjaga kualitas bibit.
“Bibit yang kami awasi harus bebas dari hama dan penyakit serta memenuhi standar kelayakan siap tanam. Ini penting agar bibit yang sampai ke tangan pekebun bisa tumbuh optimal dan tidak menimbulkan keluhan di kemudian hari,” jelas George.
Pengawasan dilakukan secara terstruktur dan menyeluruh. Tim pengawas mengikuti prosedur ketat yang telah disusun sesuai dengan standar operasional (SOP), mulai dari pengecekan jumlah bibit hingga memeriksa berbagai aspek fisik, seperti:
- Kondisi daun yang sehat berwarna hijau hingga hijau tua.
- Tidak ada gulungan atau kerusakan pada daun yang dapat menjadi indikasi adanya serangan penyakit.
- Usia bibit berkisar antara 15-23 bulan, dengan tinggi antara 30-70 cm dan diameter batang 0,3-0,6 cm.
- Wadah polybag yang digunakan juga dipantau secara ketat, dengan ukuran minimal 17x20x0,06 cm.
Selain itu, tim juga memastikan bahwa bibit memiliki akar yang kuat dan sehat, yang menjadi syarat utama agar bibit dapat tumbuh dengan baik setelah dipindahkan ke lahan pekebun.
Kualitas Bibit sebagai Kunci Kesuksesan Budidaya Pala Tomandin
Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi A. Jati, ST, MT, menekankan pentingnya proses pengawasan ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas komoditas perkebunan daerah.
“Pala Tomandin telah diakui secara geografis sebagai varietas unggulan Fakfak. Oleh karena itu, kami harus memastikan bahwa setiap bibit yang diproduksi dan disalurkan benar-benar memenuhi standar mutu, baik untuk kebutuhan pekebun lokal maupun pasar luar daerah,” ungkap Widhi.
Ia juga menambahkan bahwa pengawasan ini tidak hanya sebatas memastikan kualitas bibit, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi penangkaran bibit agar mereka terus meningkatkan standar produksi.
“Kami berharap penangkaran bibit ini tidak hanya menjadi pusat produksi bibit berkualitas, tetapi juga mampu berkembang menjadi rumah industri perbenihan yang dapat memenuhi kebutuhan agribisnis Fakfak dan sekitarnya.”
Penguatan Infrastruktur Penangkaran untuk Masa Depan Agribisnis Fakfak
Salah satu aspek penting yang turut dipantau dalam pengawasan ini adalah infrastruktur di lokasi penangkaran. Dinas Perkebunan menekankan bahwa kualitas bibit tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh fasilitas penangkaran.
Oleh karena itu, tim pengawas juga memeriksa kondisi green house, instalasi air, serta konstruksi alas bibit untuk memastikan bahwa seluruh proses produksi bibit berlangsung dengan optimal.
Jalur distribusi bibit hingga papan informasi di setiap penangkaran juga menjadi perhatian khusus.
Dengan infrastruktur yang baik, penangkaran bibit diharapkan dapat menjadi rumah produksi yang memenuhi standar industri perbenihan, menjadikan Pala Tomandin sebagai salah satu komoditas yang memiliki daya saing tinggi, baik di pasar nasional maupun internasional.
Keberlanjutan Pengawasan untuk Jaminan Mutu dan Ekonomi Lokal
Dinas Perkebunan Fakfak berkomitmen untuk terus melakukan pengawasan secara berkala terhadap proses produksi bibit Pala Tomandin.
Dengan pengawasan ini, diharapkan bibit yang didistribusikan ke masyarakat maupun yang diperdagangkan tidak hanya memiliki kualitas unggul, tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan mendorong perkembangan agribisnis di Fakfak.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga pekebun bisa merasakan manfaat ekonomi yang signifikan. Pada akhirnya, ini juga akan mendorong perkembangan agribisnis lokal dan memperkuat posisi Pala Tomandin sebagai komoditas unggulan Fakfak,” tutup Widhi.
Dengan berbagai langkah pengawasan dan peningkatan infrastruktur, Fakfak diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan Pala Tomandin yang memiliki daya saing tinggi, sekaligus memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal melalui sektor perkebunan.
Komentar