Dialog Spiritual di Gubuk Makan Mang Engking, UI Depok

Artikel73 views

DEPOK, Kabarsulsel-indonesia.com – Kemampuan seseorang berbicara dengan yang gaib mampu juga membaca yang tidak tertulis, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu saat bercengkrama di Gubuk Makan Mang Engking, UI Depok, 1 Februari 2023 bersama sahabat dan kerabat spiritual dan relawan Posko Negarawan.

Tingkat kesabaran yang rendah membuat banyak orang ingin secepatnya kaya. Akibatnya, banyak orang saling berlomba ingin secepatnya kaya dengan cara melakukan dengan segala cara yang berada diluar etika profetik.

Nilai-nilai spiritual — illahiyah –harus senantiasa menyertai segenap pemikiran, sikap dan perbuatan sehingga bisa selalu menghasilkan manfaat bagi banyak orang.

Jadi laku spiritual tidak bisa egoistik, tatapi harus dalam kendali laku spiritual yang sarat muatan etika profetik. Hingga hasil perbuatan setiap manusia mampu mendatangkan, berkah, hikmah, barokoh dan rahmah.

Topik diskusi pun lebih jauh merambah Filosofis Jawa yang terken dengan ungkapan “lembah manah hambek paramarta” yang erat hubungannya dengan silih asah, silih asih dan silih asuh yang semakin dominan diabaikan oleh segenap warga bangsa Indonesia hari ini. Sebab yang terjadi ada kecenderungan persaingan dan perlombaan untuk saling mengungguli pihak lain. Jadi persaingan dan perlombaan yang disulut oleh birahi kapitalistik.

Padahal, menurut Sri Eko Sriyanto Galgendu, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu memenangkan jaman dan peradaban. Jika tidak, maka rasa rendah diri bangsa yang bersangkutan akan selalu menjadi hantu yang pamali dibicarakan.

Perkembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi yang telah menciptakan kecemasan manusia abad ini sungguh sulit dirumuskan, karena ilmu dan pengetahuan serta teknologi telah membuat manusia tersihir, seakan-akan semua kemajuan itu merupakan berkah yang patut disyukuri, tidak perlu disesalkan.

Kekalahan warga masyarakat spiritual oleh ideologi materialisksputalistik — noeliberalis — harus dikembalikan pada budaya warga bangsa Nusantara yang luhur, dengan nilai-nilai kearifan lokal yang kaya dan tinggi memiliki muatan nilai spiritual yang senantiasa harus mengedepan etik profetik.

Realitas sosial warga masyarakat Indonesia hari ini jelas dominan menakar segala bentuk kesuksesan dalam bentuk fisik — materialistik, tanpa mengindahkan hal-hal yang bersifat spiritual. Karena itu, tantangan dalam membangun gerakan kebangkitan dan kesadaran spiritual sungguh sulit melawan maenstrim dari arus budaya yang tersuruk tergelam dalam arus deras budaya snob tanpa kendali.

Jadi menu spiritual yang tersaji belum menjadi santapan utama, karena baru menjadi semacam hidangan tambahan penyela semata.Maka itu upaya mencari Tuhan yang hilang dari hati manusia, perlu dilakukan secara keroyokan agar Tuhan segera dapat diketemukan untuk kembali bersemayam di hati setiap manusia yang terlanjur mabuk oleh materi dan birahi kekuasaan yang dianggap menjadi jaminan kebahagiaan.

Depok, 31 Januari 2023

Komentar