Langgur, Kabar Sulsel – Indonesia.Com— Peringatan Hari Guru Nasional ke-80 di Kabupaten Maluku Tenggara berlangsung penuh wibawa dan energi di Stadion Maren Langgur, Senin (25/11/2025). Dengan tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat”, upacara ini dipimpin langsung oleh Bupati Maluku Tenggara H. Muhammad Thaher Hanubun sebagai Inspektur Upacara.
Sejak awal pidatonya, suasana berubah menjadi panggung refleksi mendalam tentang masa depan pendidikan di Maluku Tenggara.
“Guru itu digugu dan ditiru!”
Bupati Thaher membuka arahannya dengan seruan tegas yang menggema di lapangan stadion.
Ia menegaskan bahwa keteladanan adalah inti dari profesi pendidik, bahkan sebelum ia membaca amanat resmi Menteri Pendidikan.
“Guru itu digugu dan ditiru. Tunjukkan contoh terbaik di hadapan siswa,” kata Bupati disambut tepuk tangan peserta upacara.
Apresiasi Menyentuh untuk Guru Pulau-Pulau
Dalam nada penuh penghargaan, Bupati memberikan apresiasi mendalam kepada guru-guru yang mengajar di pulau-pulau dan wilayah terpencil.
“Di balik keterbatasan, kalian tetap hadir mengajar. Dedikasi itu pondasi peradaban kita,” ujar Bupati.
Ia menyebut para guru di daerah terpencil sebagai penjaga peradaban di tengah bentangan laut Kei yang luas.
Pendidikan Maluku Tenggara Masih Tertinggal — Bupati “Menampar” Kesadaran Bersama
Pidato Bupati Thaher kemudian berubah menjadi seruan keras untuk evaluasi diri. Ia membeberkan fakta bahwa kualitas pendidikan Maluku Tenggara masih tertinggal dibandingkan 11 kabupaten lain di Maluku dalam rentang 2018–2023.
Dengan suara serius, ia menguraikan tiga akar masalah utama:
1. Faktor Internal
Motivasi belajar siswa menurun
Growth mindset belum terbentuk
Minim dorongan literasi dari rumah
2. Faktor Eksternal
Kualitas guru tidak merata
Fasilitas pendidikan timpang antar wilayah
Kompetisi antarkabupaten belum seimbang
3. Faktor Sistematik
Kurikulum tidak sepenuhnya relevan dengan konteks lokal
Banyak guru tidak lagi mengacu pada 10 kompetensi guru
Ucapan tersebut menjadi pengingat tajam bahwa masalah pendidikan tidak hanya terletak pada kebijakan pusat, tetapi juga pada disiplin, komitmen, dan integritas tenaga pendidik di daerah.
Guru adalah Panggilan Hidup, Bukan Sekadar Profesi
Bupati Thaher menekankan bahwa profesi guru bukanlah pekerjaan biasa yang digerakkan oleh rutinitas semata.
“Guru adalah kepercayaan publik. Integritas itu fondasi. Kelas harus netral, aman, dan bebas dari politisasi,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa guru wajib menjaga kerahasiaan murid, bersikap adil, dan menjaga etika sebagai panutan moral.
Sebuah momen hangat muncul ketika Bupati bertanya kepada siswa:
“Cantik kesayang gurunya?”
Pertanyaan itu membuat suasana mencair dan stadion penuh dengan tawa serta tepuk tangan siswa.
PGRI Diingatkan Kembali pada Jati Diri
Bupati juga menegaskan bahwa PGRI harus semakin kuat sebagai benteng profesi pendidik.
Ia menekankan empat peran strategis PGRI:
1. Melindungi profesi guru
2. Meningkatkan kompetensi
3. Menjadi garda advokasi
4. Memperkuat solidaritas dan etika profesi
Puncak Acara: Pembacaan Amanat Menteri Pendidikan
Setelah menyampaikan arahan penuh tekanan moral, Bupati Thaher menutup pidatonya dengan membacakan Amanat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Pembacaan tersebut menegaskan kembali posisi guru sebagai kekuatan utama dalam membangun masa depan bangsa.
Upacara berlangsung lancar dan menjadi momentum penting untuk menggerakkan kembali semangat reformasi pendidikan di Maluku Tenggara.
(BR)









Komentar