Deputi Bappenas RI: Malra Tak Perlu Impor Beras, Kembangkan Pangan Lokal Enbal!

Malra, Kabarsulsel-Indonesia.com | Deputi Bidang Pengembangan Regional III Bappenas RI, Ika Retna Wulandary, menegaskan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) tidak perlu mengimpor bahan pokok beras dari luar daerah.

Dalam kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045 yang berlangsung di Aula Kantor Bupati Malra, Wulandary menyoroti potensi besar pangan lokal enbal atau singkong.

Pangan Lokal Enbal: Potensi Besar yang Terlupakan

Menurut Wulandary, Malra memiliki makanan pokok lokal yang kaya akan manfaat yaitu enbal. “Karena Maluku Tenggara ini wilayah kepulauan, kami merasa, kita mengembangkan apa yang sudah ada di sini. Sehingga tidak perlu impor lagi. Yang sudah ada di sini bisa kita kreasikan, kita kemas sedemikian rupa,” kata Wulandary.

Enbal dan Manfaat Kesehatannya

Lebih lanjut, Wulandary menjelaskan bahwa enbal memiliki manfaat kesehatan yang lebih baik dibandingkan beras, terutama dalam mengatasi masalah obesitas.

“Ke depan, Indonesia menghadapi permasalahan obesitas. Dengan demikian, kita perlu menjaga juga kesehatan kita, makanan kita. Singkong atau enbal ini sangat baik untuk menjaga kesehatan,” tambahnya.

Pengalaman Pribadi: Enbal yang Lezat dan Bergizi

Wulandary membagikan pengalamannya selama berada di Malra selama empat hari sejak Minggu, 7 Juli lalu, di mana ia hanya mengonsumsi enbal.

“Dari awal saya datang, saya makan enbal. Bapak/Ibu. Enbal dengan kelapa. Itu sangat nikmat, bagi saya. Apalagi kalau dengan ikan kua kuning, dan pakai sambal,” ungkapnya, yang disambut tepuk tangan meriah dari peserta Musrenbang.

Enbal untuk Ketahanan Pangan dan Pariwisata

Wulandary berharap Pemerintah Kabupaten Malra dapat mendorong setiap rumah tangga untuk mengembangkan enbal, sehingga di masa depan enbal dapat menjadi sumber karbohidrat utama bagi masyarakat Malra. Selain itu, ia juga menyoroti potensi enbal sebagai produk pariwisata. Dengan pengolahan dan pengemasan yang baik, enbal dapat menjadi ole-ole khas daerah yang meningkatkan nilai jual pariwisata.

Wulandary mencontohkan kimchi, makanan khas Korea Selatan yang awalnya sederhana namun kini terkenal di seluruh dunia berkat pengemasan yang baik.

“Dari awal saya datang, saya makan enbal. Bapak/Ibu, enbal dengan kelapa itu sangat nikmat bagi saya. Apalagi kalau dengan ikan kua kuning, dan pakai sambal,” ujar Wulandary lagi, menekankan kelezatan pangan lokal Malra.

Kesimpulan: Arah Baru Pangan Lokal Malra

Penegasan Wulandary dalam Musrenbang ini menggugah kesadaran akan potensi besar yang dimiliki Malra dalam hal pangan lokal. Dengan perhatian dan pengembangan yang serius dari pemerintah setempat, enbal dapat menjadi ikon pangan lokal yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan dan pariwisata daerah.

Komentar