Dengan Kumandang Takbir Suburkan Syukur Kuburkan Takabur

Religi106 views

KSI Jakarta – Masjid Raya Jakarta Islamic Centre menyelenggarakan shalat Idul Fitri 1442 H dengan khotib KH Ali Muhammad Hudaibi dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat, kata Ustadz Uep Saefullah ketua penyelenggara Shalat Idul Fitri Masjid Raya Jakarta Islamic Centre (13/5).

“Alhamdulillah pelaksanaan shalat Idul Fitri di Masjid Raya JIC berjalan lancar dengan melaksankan protokol kesehatan ketat. Kami dibantu aparat TNI agar prokes bisa berjalan efektif.” tegas Saefullah.

Saefullah juga menekankan, selain jaga jarak, memakai masker, menghindari kerumunan juga para jamaah membawa sajadah sendiri dan kapasitas jamaah hanya 50 persen. 

Khatib dalam shalat Idul Fitri adalah KH Ali Muhammad Hudaibi, pakar hadist dan tafsir, penceramah, alumnus UIN Jakarta dengan mengangkat judul Dengan Kumandang Takbir Suburkankan Syukur Kuburkan Takabur. Hudaibi menjelaskan dalam khutbahnya yang disiarkan langsung dalan Radio JIC, Facebook, dan Youtube JIC TV sebagai berikut.

Salah satu amal yang dapat menghindarkan pelakunya dari azab Allah SWT adalah bersyukur kepada-Nya. Allah SWT berfirman: “Allah tidak akan mengazabmu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri Maha Mengetahui.” (QS. al-Nisa’ (4):147).

Syukur berarti terima kasih. Maksudnya berterima kasih atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Antonimnya adalah kufur yang berarti menutup atau mengingkari nikmat yang diberikan Allah SWT atau tidak berterima kasih atas-Nya.

Tujuan diperintahkannya syukur adalah agar manusia tidak kufur. Allah SWT berfirman: “Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kufur (ingkar) kepada-Ku.” (QS. al-Baqarah (2):152).

Syukur yang diperintahkan Allah SWT pada hakikatnya bukan untuk Allah SWT, tetapi untuk manusia itu sendiri. Allah SWT berfirman: “Bersyukurlah kepada Allah, dan siapa bersyukur (kepada Allah), maka ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan siapa tidak bersyukur, maka sungguh Allah Maha Kaya Maha Terpuji.” (QS. Luqman (31):12).

Sekiranya seluruh manusia kufur, maka hal itu tidak sedikitpun mengurangi kemuliaan Allah SWT. Sebaliknya, sekiranya seluruh manusia bersyukur, maka hal itu pun tidak menambah kemuliaan-Nya. Syukur dan kufur hanya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Siapa bersyukur, maka akan ditambahkan nikmatnya dan siapa yang kufur azab-Nya sangat pedih.

Bagaimana cara bersyukur? Caranya adalah dengan menggunakan seluruh nikmat Allah SWT untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya, bukan untuk bermaksiat.

Allah SWT memberikan kelebihan harta kepada seseorang, maka cara bersyukurnya adalah dengan menginfakkan sebagian harta itu kepada yang membutuhkan. Allah SWT memberikan kelebihan ilmu kepada seseorang, maka cara bersyukurnya adalah dengan mengamalkan ilmu itu dijalan-Nya dan menunjukkan ke jalan yang benar. Allah SWT memberikan amanah jabatan kepada seseorang, maka cara bersyukurnya adalah dengan membuat kebijakan yang tidak merugikan orang banyak. Dan seterusnya.

Kepada siapa syukur ditujukan? Syukur ditujukan kepada Allah SWT dan kepada manusia. Syukur yang ditujukan kepada manusia pada hakikatnya ditujukan kepada Allah SWT. Dalam hadis disebutkan, “Siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” Demikian agar manusia tidak punya anggapan bahwa apa yang didapatnya semata-semata hasil jerih payahnya.

Syukur juga dapat menjadi obat takabur. Karena itu momen takbiran saat Idul Fitri sesungguhnya mengajarkan kita agar memperbanyak takbir dalam setiap zikir-zikir kita sehingga kita dapat terhindar dari sifat takabur tersebut yang sedikit saja menepi di hati haram bagi pelakunya masuk ke dalam surga. Mengapa? Karena takabur hanyak khusus milik Tuhan Al-Mutakabbir saja, Allah SWT.

Rasulullah SAW yang sudah diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang masih beribadah dengan tekun. Bahkan ibadahnya melebihi umatnya. Hingga dikisahkan dalam sebuah hadis bahwa kaki beliau bengkak sebab banyaknya ibadah. Ketika istrinya Aisyah RA merasa heran dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW malah menjawab, “Apakah aku tidak senang menjadi hamba-Nya yang bersyukur.” 

Admin : (Redaksi KSI/Kasi Pemanfaatan Sarana JIC) 

Komentar