Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Sorak sorai dan semangat persaudaraan perempuan menggema di Gedung KONI Fakfak, Senin, 21 April 2025.
Dalam balutan semangat Hari Kartini, ratusan perempuan dari berbagai latar belakang berkumpul dalam satu suara: memperjuangkan solidaritas, melawan budaya saling menjatuhkan, dan menguatkan peran ekonomi perempuan melalui UMKM.
Acara ini digagas oleh Jaringan Perempuan untuk Perubahan Fakfak (JP2F) bersama Ibu Bupati Fakfak, Ibu Wakil Bupati, dan LPP RRI Fakfak.
Namun, lebih dari sekadar peringatan tahunan, kegiatan ini berubah menjadi panggung pemberdayaan dan refleksi sosial yang membumi.
Siti Hajar Uswanas, Ketua JP2F, tampil lantang di podium. Di hadapan para mama-mama, ibu rumah tangga, dan generasi muda perempuan, ia menyampaikan pesan yang menggugah: “JP2F adalah rumah untuk semua perempuan di Fakfak. Tidak peduli siapa Anda—asal punya semangat perubahan, kami terbuka.”
Salah satu magnet acara adalah pameran kuliner UMKM yang menampilkan sekitar 30 pelaku usaha perempuan.
Meja-meja diisi kue-kue tradisional, olahan pangan lokal, hingga kerajinan tangan khas Fakfak yang disambut antusias oleh pengunjung.
Di sinilah semangat ekonomi kerakyatan perempuan benar-benar berdenyut.
Siti Hajar menyentil kebiasaan pemerintah daerah yang cenderung memprioritaskan istri-istri pegawai dalam pengadaan konsumsi dan suvenir acara.
“Cobalah beri ruang bagi mama-mama pengusaha. Mungkin mereka hanya diminta satu nampan kue, tapi bagi mereka itu berarti,” ujarnya, penuh empati.
Tak hanya soal ekonomi, acara ini juga membidik akar persoalan relasi sosial perempuan: budaya saling menjatuhkan. Dalam penutupan sambutannya, Siti Hajar menohok sikap saling sindir dan membully yang kerap terjadi di antara perempuan.
“Perempuan adalah kekuatan terbesar di muka bumi. Tapi kekuatan itu akan sia-sia jika kita terus saling merendahkan. Mari kita ubah budaya itu—bersatu, saling topang, dan bangun Fakfak dari kekuatan perempuan,” serunya disambut tepuk tangan panjang.
Selain itu, rangkaian kegiatan juga diwarnai lomba karaoke lagu “Ibu Kita Kartini”, fashion show anak usia dini, hingga lomba cerdas cermat.
Acara dirancang tak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk menumbuhkan kreativitas, literasi, dan rasa percaya diri sejak usia dini.
Hari Kartini di Fakfak tahun ini bukan sekadar nostalgia sejarah. Ia telah menjelma menjadi gerakan sosial yang mengakar, dengan perempuan sebagai poros kekuatan perubahan.
Dan dari panggung Gedung KONI itu, gema suara Kartini kembali hidup—mengajak perempuan bersatu, memberdaya, dan saling menjaga.
Writter : Red | Editor : Red
Komentar