Dari Dapur Fakfak ke Panggung Nasional: Kue Sifon Pala Jadi Inovasi Hilirisasi Unggulan

Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Dari aroma rempah pala yang semerbak, lahirlah sebuah inovasi kuliner yang kini mulai mengangkat nama Fakfak di kancah nasional. Kue Sifon Pala Fakfak — lembut, manis, dan berpadu dengan keharuman pala Tomandin yang khas — kini menjadi simbol baru hilirisasi komoditas unggulan daerah.

Kue ini pertama kali dikreasikan oleh Ibu Nining Inovasia, seorang pastry chef profesional asal Jakarta. Ketertarikannya muncul setelah mencicipi nutmeg butter Fakfak, yang menurutnya memiliki karakter unik: lembut, manis alami, dan aroma rempahnya kuat namun tidak menusuk.

Dari dapur kecilnya di ibu kota, lahirlah kue sifon yang kini membawa cita rasa Fakfak menembus pasar Jakarta dan sekitarnya.

“Pala Fakfak punya karakter istimewa. Kalau diolah dengan tepat, bisa menjadi bahan utama produk kuliner berkelas,” ujar Nining.

Kolaborasi dan Hilirisasi Pala Fakfak

Melihat potensi besar inovasi ini, Dinas Perkebunan Kabupaten Fakfak bersama Global Green Growth Institute (GGGI) tak tinggal diam. Keduanya menggagas sebuah pilot project pelatihan diversifikasi produk turunan pala bagi pelaku UMKM binaan Dinas Perkebunan.

Dalam waktu dekat, Ibu Nining akan didatangkan langsung ke Fakfak untuk melatih para pelaku usaha lokal mengolah pala menjadi produk bernilai tambah tinggi.

Pelatihan tersebut akan difasilitasi oleh Dinas Perkebunan Fakfak, dengan dukungan teknis dari GGGI serta pendampingan dari Trianita Hesti, praktisi pengembangan produk UMKM yang juga terlibat dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 di ICE BSD.

“Pengembangan Kue Sifon Pala ini bukan hanya urusan cita rasa, tapi juga strategi membuka peluang usaha baru di daerah,” tutur Plt. Kepala Dinas Perkebunan Fakfak, Widhi Asmoro Jati, ST, MT.

Menurutnya, langkah ini menjadi bentuk konkret hilirisasi pala Fakfak — mengubah paradigma dari menjual bahan mentah menjadi produk olahan bernilai ekonomi tinggi.

“Kami ingin masyarakat menikmati hasil pala bukan hanya sebagai rempah, tapi juga sebagai bagian dari produk kuliner yang membanggakan,” ujarnya.

Dari Kampung Pala ke UMKM Inovatif

Meski bukan menjadi tugas pokok Dinas Perkebunan, Widhi menilai inisiatif ini penting sebagai proyek percontohan (pilot project) untuk mendorong kreativitas masyarakat dalam mengolah hasil bumi sendiri.

Rencananya, inovasi ini tidak akan berhenti di kue sifon. Pemerintah daerah berencana mengembangkan berbagai jenis kue turunan berbahan pala, seperti bruder dan spekuk, yang hingga kini belum tersentuh inovasi lokal.

Dengan begitu, produk turunan pala bisa diproduksi langsung di kampung-kampung penghasil pala, memberdayakan petani, serta memperluas rantai nilai ekonomi daerah.

“Kami ingin agar aroma pala Fakfak tidak hanya mewangi di kebun, tapi juga di dapur masyarakat,” tambah Widhi.

Identitas Lokal dalam Setiap Gigitan

Kue Sifon Pala Fakfak kini bukan sekadar camilan manis. Ia menjadi simbol sinergi antara inovasi, kearifan lokal, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di setiap gigitannya, tersimpan pesan tentang bagaimana Fakfak bertransformasi — dari penghasil rempah klasik menjadi pionir industri kuliner berbasis komoditas lokal.

Langkah kecil ini mungkin baru dimulai, tapi aromanya sudah mulai menyebar. Dari dapur kecil di Jakarta, kini wangi pala Fakfak bersiap merebak hingga ke seluruh Nusantara.

Komentar