Dalam momentum Hari Pangan Sedunia, Bupati Fakfak Samaun Dahlan menegaskan komitmennya menata ulang ruang ekonomi rakyat sambil menjaga stabilitas pangan dan memberdayakan pelaku UMKM lokal.
Fakfak, Kabarsulsel-Indonesia.com | Di tengah riuh kegiatan Gelar Pangan Murah yang digelar di Taman Satu Tungku Tiga Batu, Kamis (16/10), Bupati Fakfak Samaun Dahlan, S.Sos., M.AP tampil dengan pernyataan tegas.
Ia menyoroti persoalan klasik yang kerap mewarnai denyut nadi ekonomi rakyat di Fakfak: penataan pedagang dan pemberdayaan mama-mama Papua di pasar.
“Selama ini kita lihat UMKM selalu bertumpu di pasar, tapi penataannya belum tertib. Saya tidak mau lagi mendengar istilah mama Papua jualan di luar, sementara non-Papua di dalam,” ujar Samaun, disambut tepuk tangan para hadirin.
Bupati Samaun menegaskan bahwa seluruh mama Papua harus menempati area dalam pasar yang telah disediakan.
Ia menuturkan, pasar utama di Fakfak sebenarnya memiliki kapasitas 380 meja di lantai satu—jumlah yang dinilainya lebih dari cukup untuk menampung seluruh pedagang mama Papua.
“Kalau semua 380 meja itu diisi oleh mama Papua, itu sudah sangat cukup. Jadi tidak ada alasan lagi berjualan di luar. Karena kalau di luar, parkir akan semrawut, dan pembeli enggan datang,” tegasnya.
Samaun juga mengingatkan agar tidak ada pihak ketiga yang memanfaatkan area pasar untuk kepentingan pribadi, termasuk menjual lahan parkir kepada pedagang lain.
“Saya tidak mau ada permainan seperti itu. Untuk saat ini semua mama Papua harus berjualan di dalam pasar. Ini soal keadilan dan ketertiban,” katanya.
Menata Ruang, Mendorong Pertumbuhan
Di luar soal pasar, Bupati Samaun juga menyinggung rencana pemerintah daerah untuk menata kawasan ekonomi baru bagi pelaku UMKM di dua titik strategis: Tanjung Wagom dan Kelapa Dua.
Kedua lokasi itu, katanya, akan dikembangkan menjadi sentra aktivitas ekonomi rakyat, dengan fasilitas yang lebih layak bagi pelaku usaha kecil.
“Kita dorong pertumbuhan ekonomi dari bawah, tapi pemerintah juga punya kewajiban menyiapkan infrastrukturnya. Karena ruang jualan itu bukan cuma di pasar, tapi harus punya tempat yang tertib dan nyaman,” ujarnya.
Stabilitas Pangan di Tengah Ketergantungan Transportasi
Dalam kesempatan yang sama, Samaun Dahlan juga memaparkan strategi menjaga stabilitas harga pangan di Kabupaten Fakfak.
Ia mengakui, ketergantungan pasokan dari luar daerah seperti Surabaya masih tinggi, sehingga faktor transportasi menjadi kunci utama dalam menjaga harga di pasaran.
“Selama ini strategi kami menjaga agar distribusi tidak terganggu. Jangan sampai kapal terlambat, karena suplai dari luar sangat menentukan,” jelasnya.
Meski begitu, Samaun menilai Fakfak tak bisa selamanya bergantung pada pasokan luar. Pemerintah daerah, katanya, tengah menyiapkan program yang melibatkan masyarakat dalam menanam komoditas hortikultura lokal seperti sayur, tomat, dan cabai.
“Ke depan, kami ingin suplai sayur dan tomat berasal dari kebun masyarakat Fakfak sendiri. Pemerintah akan bantu dari sisi teknis dan lahan,” ujarnya.
Pesan Tegas: Pangan, Pasar, dan Keadilan
Samaun menutup arahannya dengan pesan yang kuat: kemandirian ekonomi daerah tidak akan lahir tanpa keteraturan dan keadilan bagi semua pelaku usaha, terutama mama Papua yang menjadi tulang punggung ekonomi rakyat Fakfak.
“Menata pasar bukan sekadar soal tempat berjualan, tapi soal martabat dan keadilan ekonomi,” tutupnya.
Komentar