Bupati Malra Lepas 76 Peserta Karnaval Budaya Jelang Peringatan Hari Nendit Sakmas di Kepulauan Kei

LANGGUR, Kabarsulselindonesia.com – Bupati Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) Muhammad Thaher Hanuhun resmi melepas tujuh puluh enam perserta Karnaval Budaya Kei diawal pembukaan kegiatan Nendit Sakmas ke empat di Kepulauan Kei Maluku.

Karnaval bercorak adat dan kebudayaan ini digelar dengan titik start awal dari Kantor Kecamatan Kei Kecil kemudian berarah mencapai garis finis di Gedung Serbaguna Larvul Ngabal Maluku Tenggara.

Acara pembukaan berlangsung pukul 14:00 WIT yang diikuti oleh para Siswa-siswi dan Dewan Guru bahkan juga para tenaga pengajar SD dan SMP dari berbagai Sekolah di wilayah Kei Kecil.Dan turut serta hadir Kapolres Malra AKBP Frans Duma, S.P, Dandim 1503 Tual, Danlanal Tual, para Asisten dan OPD lingkup Kabupaten Malra.

Bupati Malra usai mengikuti pembukaan mengatakan Karnaval Budaya yang ditampilkan seluruh peserta merupakan rutinitas dari tahun sebelumnya yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah sejak tahun 2019 yaitu peringatan hari Nendit Sakmas. “Bebernya”

Dalam peringatan Nendit Sakmas itu ada Festival Budaya, Pameran dan lainnya yang dibuat untuk menyongsong dan memperingati HUT NENDIT SAKMAS, jadi mudah mudahan orang lebih mengenal Nendit Sakmas itu sendiri,dari berbagai macam kegiatan. “Tutur Hanuhun saat diwawancarai awak media Jumat, (2/9/2022) sore.

Thaher yang didampingi Kepala Dinas Infokom Malra, bilang apabila hanya bercerita maka orang tidak mungkin percaya tetapi jika dibuat dalam bentuk kegiatan seperti Karnaval Budaya, maka sudah barang tentu akan menjadi daya tarik untuk masyarakat. “Ucapnya”

“Kalo dibuat seperti begini kan orang pasti kan bertanya-tanya siapa Nendit Sakmas? Disamping itu juga ada lagi Dit Somar sehingga dari situ ternyata orang Kei memiliki seorang perempuan yang luar biasa yang mungkin tidak bisa disandingkan dengan yang lain .” akui Bupati.

Seperti halnya dengan tokoh-tokoh Nasional seperti Cut Mutia dan lain-lain,jadi tentunya tidak sama di bandingkan dengan Nendit Sakmas.
“Tapi ada seorang perempuan yang membawa sesuatu yang luar biasa untuk kehidupan orang Kei pada masa lalu. Dan perempuan melalui Nendit Sakmas ini sudah dikenal sejak jaman dolo mulai dari jalan hidupnya dia pergi pencari pembesar dan seterusnya.” ujar Bupati.

Thaher mencontohkan gambaran nyata berupa misalkan orang pasang Sasi namun mereka tidak paham tentang Sasi itu apa sebenarnya. “Orang pasang sasi dimana-mana,tapi mereka banyak tidak mangarti tentang Sasi ini? Bahwa Huwear Balwirin ini kan Dit Sakmas itu dan kalo misalkan sasi itu sudah berdiri nggak perlu dijaga oleh perempuan karna Sasi itu sendiri perempuan yang harus dilindungi dan harus ditaati, hormati.
“Jelasnya”

Apalagi perempuan skarang ini terkadang ada yang suka dipakai sebagai suatu alat, Tetapi sebetulnya itu nggak boleh. jadi kita harus hargai apa yang sudah dibuat oleh Nendit Sakmas dalam perjalanan hidupnya dan peringatan, Dan ini sebenarnya kita menoleh kembali ke belakang ternyata di Kei ada sesuatu yang luar biasa pada jamannya.
“Tendasnya”

“Nah itu yang perlu kita pelajari dan dibuatlah tujuh pasal hukum adat. Didalam tujuh pasal itu 3-4 pasal yang mengatur tentang Perempuan. Sekarang baru kita gendong dihormati, dihargai tetapi pada masa itu orang tua-tua nenek moyang orang Kei itu sudah membuat pengadaan terhadap mulai dari empat pasal itu 3,4 pasal itu saya lupa tetapi itu mengatur tentang kehormatan sakral.’papar Hanubun.

Bupati menuturkan, bila saudara perempuan sekandung yang telah menikah dengan orang lain telah memiliki kamar suami-istri dilarang masuk bagi saudaranya itu ke kamarnya karena sudah diatur dalam hukum adat Kei Larvul Ngabal terkait dengan larangan tersebut.

“Cuman sekarang ini kan saya mohon maaf saya cuman bilang kita lebih suka menerima hal-hal yang baru lalu meninggalkan hal yang lama. Ini kita gali kembali sebagai pegangan hidup kita untuk orang Kei,” ujarnya.

Disinggung terkait dengan iven tersebut yang dipromosikan di tingkat Nasional Hanubun megakui bahwa hal itu sudah pasti akan diseminarkan sampai ke tingkat Nasional.

“Saya akan panggil para profesor para ahli di UGM para ahli sejarah di UI untuk melihat hal ini, dan bahkan datang dan profesor dr. Laksono kemudian ada beberapa orang yang juga Pastor Yon yang beberapa tulisannya yang sudah luar biasa yang penting kita tumbuhkan dan diangkat dan diseminarkan.” jelas Hanubun.

Dalam kesempatan itu, Hanubun meminta peranan para akademis, ilmiah dan profesor-profesor agar kedepannya dapat berbicara bilamana terdapat seminar iven Festival Budaya tingkat Nasional.

“Sumbernya mungkin dar kita tetapi bahannya dari dinas supaya kalo saya yang bicara ya saya biarlah basilah orang Kei sebagai orang Kei tetapi orang lain yang bicara maka pasti cuman bilang Waah ada sesuatu yang luar biasa.” tegasnya.

Hanubun juga turut mengajak generasi muda dan awak media agar dapat membangun kerjasama dengan Infokom setempat untuk mengadakan seminar adat dan Budaya dengan mengulas kembali situs sejarah para leluhur Kepulauan Kei.

“saya ajak untuk katong mungkin kedepan diatur bersama infokom dibikin seminar-seminar. Seminarnya jangan disini, seminarnya harus di Jakarta supaya orang lain ikut mendengar. Saya berharap tujuh pasal dalam hukum adat itu supaya diajarkan kepada seluruh anak SD sampai ke SMA atau perguruan tinggi supaya orang tahu batas-batas pergaulan orang Kei.” cetus Thaher.

Dikatakan tujuh pasal Hukum Adat Larvul Ngabal dimana pasal ke-7 berbunyi demikian “Hira ini intub fo ini it did in tub fo itdid” belum juga ada kesadaran dari masyarakat sampai dengan saat ini.

“Jadi saya minta dukungan dari teman-teman media cetak elektronik dan juga tokoh-tokoh muda lebih baik anak-anak muda yang bicara ini dan tidak perlu ada pikir susah, anak muda ini boleh bikin seminar dimana, diskusi dimana dikecamatan mana di Ohoi mana setela itu mereka biarkan dan hari ini lambang-lambang ini kita coba untuk angkat.” tambah Bupati.

Lambang-lambang dari nendit sakmas itu kita coba, mereka semua pakai ada tulisan nendit sakmas sehingga nanti ada daya tarik sendiri mereka bisa nggak suatu saat dia tanya ke gurunya apasih nendit sakmas itu memberikan motivasi. tutupnya.

(Daniel Mituduan)

Komentar